
“Suka sekali, sampai sekarang saya masih ingat tempat-tempat yang pernah kami kunjungi. Kami jalan-jalan ke Danau Maninjau, Ngarai Sianok, Ngalau Kamang, Lembah Arau, dan banyak lagi. Bahkan kami jalan kaki dari Bukittinggi melewati Ngarai Sianok, menyusuri kampung-kampung di sana, cantik sekali. Makanannya juga, saya sangat menikmatinya, apa itu namanya,……..daging yang hitam,” Ia diam sebentar, mungkin mencoba mengingatnya…..oh, “rendang,” kata saya menimpali.
“Ya, ya, rendang, enak sekali, Saya suka,” ungkapnya sambil senyum.
Cukup lama. nenek ini berceloteh tentang nostalgianya selama di Indonesia, termasuk Bali, namun, entah ingin membuat saya senang, alam Bukittinggi katanya lebih indah, “masih alami” katanya.
Kemudian, suatu hal yang membuat saya sangat kagum dengan nenek ini adalah tidak hanya penampilan fisiknya yang sangat luar biasa. Tidak tampak tanda menua pada fisiknya, yang sesuai dengan usia yang saya perkirakan. Saya lihat waktu dia berjalan ke belakang, jalannya masih cepat dan postur tubuhnya juga masih tegak lurus. Tetapi juga, daya ingatnya yang masih sangat bagus, barangkali lebih baik dari saya, yang sudah mulai mudah lupa dan kadang-kadang sering mengalami kesulitan mengingat sesuatu, apalagi hal-hal yang baru.
Dan, tertarik dengan itu, dan juga ingin tahu apa yang dilakukannya, karena saya yakin ia tetap sehat dan segar seperti ini bukanlah suatu kebetulan. Banyak orang lain, pada usia yang sebaya, kalau masih hidup lebih banyak duduk di rumah atau terbaring di tempat tidur, banyak bergantung kepada orang lain.




Subhanallahu. Sang Nenek bersyukur dengan cara menggunakan otaknya. Pasti bukan cebong #eh