SERUJI.CO.ID – Kadar kolesterol tinggi tidak menimbulkan keluhan kesehatan yang spesifik, namun kolesterol tinggi bisa menimbulkan komplikasi serius diantaranya penyakit jantung iskemik dan stroke. Maka tak jarang ditemukan kasus seseorang mendapat serangan jantung maupun stroke tanpa didahului oleh gejala apapun sebelumnya.
Kolesterol tinggi merupakan salah satu parameter dari kondisi dislipidemia. Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid (lemak) yang ditandai dengan peningkatam kadar kolesterol total (>200 mg/dl), peningkatan kholesterol LDL (>100 mg/dl) , peningkatan trigliserid (>150 mg/dl), dan penurunan kholesterol HDL (<40 mg/dl).
Pemeriksaan profil lemak tersebut dilakukan saat pasien dalam kondisi puasa selama satu malam (minimal 8 jam), dan sebelum puasa pasien makan makanan sehari-hari yang biasa dikonsumsi.
Menurut WHO, saat ini angka kejadian stroke dan penyakit jantung semakin meningkat, salah satu faktor penyebab utamnya adalah kondisi dislipidemia. Secara global sepertiga kejadian penyakit jantung iskemik disebabkan oleh dislipidemia. Dislipidemia menyebabkan 2,6 juta kematian dan 29.7 juta kejadian disabilitas yang menurunkan produktivitas.
Dilipidemia lebih banyak dialami pria daripada wanita, hal ini terjadi karena wanita dilindungi oleh hormon estrogen. Sehingga apabila wanita sudah memasuki masa menopause angka kejadiannya seimbang antara pria dan wanita.
Jaman dahulu angka dislipidemia lebih sering terjadi pada usia lanjut. Tapi kondisi terkini sudah berubah, data CDC menyebutkan bahwa angka kejadian dislipidemia pada usia 20-39 tahun sebanding dengan pada usia diatas 60 tahun.
Dislipidemia primer disebabkan oleh faktor genetik/keturunan, sedangkan dislipidemia sekunder bisa disebabkan oleh kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, konsusmsi obat-obatan tertentu, penyakit DM, penyakit gagal ginjal kronik, penyakit hipotiroid.
Pencegahan yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan modifikasi gaya hidup berupa
- Dengan melakukan pola makan yang sehat (karbohidrat 50-60%, lemak 15-18%, protein 5-10%, sisanya zat mikro lainnya)
- Mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol. Contohnya lemak daging, lemak pada makanan instan.
- Mengonsumsi makanan yang dapat menurunkan kolesterol LDL , yaitu stanol dan makanan tinggi serat, contohnya gandum, apel, pisang, pir, sayuran hijau.
- Bagi yang obeitas, menurunkan berat badan 10% dari berat badan semula
- Melakukan aktifitas fisik selama 30 menit, 3-5 kali seminggu
- Menghindari rokok dan alkohol