Gunung Padang sebuah bukit di kota Padang yang terletak di pantai sumatera menghadap samudera hindia. Ketika mendengar nama gunung padang, kita teringat pada karya Marah Rusli sebuah kisah dramatis dua remaja minangkabau yang terpisah karena serakahnya Datuk Maringgih.

Kali ini kita melihat gunung padang dari sisi lain.  Sisi pariwisatanya, Gunung Padang punya pesona yang menawan.  Keindahan alam yang disajikan membuat rasa letih mendaki dari kaki gunung jadi terobati. Angin sepoi2 diantara pepohonan menjadikan badan kembali segar.

Tidak perlu takut kehausan. Di puncak gunung padang ada pedagang menjual minuman dan makanan ringan.  Harga yang ditawarkan tidak jauh beda dengan harga pasar umumnya.

Disepanjang perjalanan dari muara padang sampai ke puncak gunung padang terlihat jelas samudera hindia dan gugusan pulau pulau kecil yang menghiasi pantai. Pulau pisang kecil dan besar dilepas pantai Air Manis serta pulau Sikuai dan pulau Pagang dilepas pantai Bungus.

Ke arah utara terlihat jelas kota Padang dengan latar belakang gunung Merapi dan Singgalang. Dari puncak gunung padang nampak jelas Masjid Raya Sumbar yang jadi kebanggan masyarakat Minang.   Gedung tinggi yang mulai bertebaran di kota Padang semakin menambah keindahan pemandangan.

Banyak anak2 muda datang ke Gunung Padang memanfaatkan sore mereka sambil menunggu sunset. Pandangan yang lepas ke samudera hindia membuat peristiwa terbenamnya matahari sebagai kenangan tersendiri bagi mereka.

Mendaki Gunung Padang tidak membutuhkan waktu yang lama. Hanya dalam waktu 30 menit, kita sudah sampai dipuncak.  Bagi mereka yang muda, bisa lebih cepat.  Sedang bagi yang mulai berumur mungkin lebih lama.  Jalan yang dilalui melingkar hampir seperdua keliling kaki gunung.  Setelah berada di hadapan samudra hindia, baru jalan mulai mendaki menaiki anak tangga.

Disetiap jarak 100 meter pemerintah kota menyediakan tempat peristirahatan.  Dari sini kita bisa santai melepaskan lelah menunggu etape berikutnya sambil menikmati indahnya pemandangan disela sela pepohonan.  Karena di tempat peristirahatan ini tidak ada orang yang jualan, kita harus sediakan sendiri perbekalan.

Menjelang sampai ke puncak gunung, ada batu besar yang terpampang seperti dinding raksasa di tengkuk gunung.  Tangga yang kita lewati berada disamping dinding batu.  Sepertinya batu ini ada du buah. Satu yang menghadap ke laut dan yang lainnya sebagai penopang dibelakangnya. Diantara keduanya ada celah yang bisa dilewati.  Konon di sinilah terdapat kuburan Siti Nurbaya yang ditulis Marah Rusli dalam novelnya yang legendaris tersebut.

Menjelang taman di puncak gunung, kita bertemu monyet yang sudah jinak.  Mereka ikut bermain bersama pengunjung yang datang.

Dari taman di puncak gunung ini kita bisa bebas melihat kesekeliling gunung.  Pemandangan yang indah membuat kita lupa dengan kelelahan setelah mendaki kurang lebih 1 km.  (Elfizon Amir).

TINGGALKAN KOMENTAR

Silahkan isi komentar anda
Silahkan masukan nama