PANDEGLANG, SERUJI.CO.ID – Kementerian Pariwisata kini fokus memulihkan kepariwisataan Banten pascatsunami Selat Sunda. Usaha itu dilakukan dengan menerapkan tiga strategi pemulihan, yakni pemulihan sumber daya manusia (SDM) yang bergerak di sektor pariwisata Banten, pengembangan SDM dan kelembagaan, dan pemasaran destinasi tak terdampak dan destinasi terdampak.
Menpar Arief Yahya, didampingi Bupati Pandeglang Irna Narulita saat menutup Pelatihan Balawista (Badan Penyelamat Wisata Tirta) di Pantai Pasir Putih, Carita, Pandeglang, Banten, kemarin, menekankan tiga strategi tersebut yang akan dilakukan kementeriannya dalam memulihkan dan membangkitkan sektor pariwisata di Banten.
“Pascatsunami Kemenpar akan memulihkan SDM pariwisata antara lain melalui upaya penyelamatan fisik seperti pembentukan Balawista, sertifikasi, dan trauma healing,” ujar Menpar.
Dalam penyelamatan fisik, Arief Yahya mengapresiasi kinerja Balawista yang menjadi garda terdepan saat mengevakuasi korban pascatsunami Selat Sunda. Sementara untuk kelembagaan, akan ditetapkan program sertifikasi terkait keahlian pariwisata. Untuk itu Menpar menjanjikan sertifikasi kepada 2.000 orang.
Sesi Khusus Trauma Healing Bagi Korban Tsunami Selat Sunda

Menpar menyadari trauma banyak dialami korban gempa tsunami. Untuk itu Menpar meminta jajarannya memberi sesi khusus trauma healing. Hal Itu penting, karena kondisi kejiwaan dan spiritual, manusia secara fisik bisa di selamatkan tetapi urusan kejiwaan dan spiritual masih akan trauma.
Melihat pengalaman TNI dan Polri dalam menangani trauma healing pada bencana Lombok kemarin, salah satu cara tercepat untuk memulihkan kejiwaan korban gempa adalah menerapkan pendekatan spiritual.
Sesuai arahan Presiden, Menpar menekankan waktu pemulihan pascabencana hanya 3 bulan. Menpar berharap pelaku industri pariwisata tidak berlarut-larut dalam kondisi sakit. Pelaku usaha yang terus berkutat dalam rasa ‘sakit’ akan sulit bangkit.
“Kondisinya, pariwisata Banten memang sedang sakit karena bencana. Tapi setelah 3 bulan tidak boleh lagi mengeluh sakit. Misalnya, saat okupansi hotel turun, bagaimana bisa perusahaan menggaji, insentif, dan sebagainya kepada pegawai,” terang Menpar.
Dalam acara penutupan Pelatihan Balawista, Menpar juga menyaksikan simulasi penyelamatan wisatawan yang dilakukan para Balawista setelah melakukan pelatihan intensif 15 hari, serta memberikan piagam penghargaan kepada Balawista terbaik di tiap angkatan.