Hanya selang beberapa saat, beberapa tanggapan mampir ke WA dan akun media sosial saya. Ada tanggapan yang positif, dan ada juga yang tidak saya duga, “mencengangkan”.
Tanggapan yang mencengangkan ini, tak lepas dari keberadaan Denny JA, konsultan politik pemilik lembaga Survei LSI Denny JA, penulis artikel “NKRI Bersyariah atau Ruang Publik yang Manusiawi”, yang dijadikan tema oleh PWI dalam lomba artikel ini. (artikel Denny dapat dibaca disini)
“Alahhh, hadiahnya pasti dari Denny JA” salah satu tanggapan yang kemudian menyampaikan penilaian miring tentang Denny JA (tak perlu saya tuliskan).
Intinya menurut teman yang menanggapi lomba tersebut, jika hadiahnya berasal dari Denny JA, maka tak layak diterima dan lomba tersebut hanya “kepentingan” Denny JA semata yang menolak wacana “NKRI Bersyariah” yang dilontarkan Habis Rizieq Shihab. Ditambah, kata teman ini, Denny sangat anti dengan Habib Rizieq.
Ada beberapa tanggapan yang sejenis ini. Sepertinya bagi mereka, kalau hadiahnya dari Denny JA, maka “tak halal” diterima (sekedar membahasakan tak bisa diterima). Mencengangkan, hehe.
—00—
Mencengangkan bagi saya, karena tanggapan demikian datang dari pihak yang saya kenal adalah pendukung wacana “NKRI Bersyariah”, juga sekaligus pendukung capres Prabowo di Pilpres 2019.
Mencengangkan karena yang mereka persoalkan hal yang tak substantif, dari siapa hadiah lombanya, walau jelas-jelas lomba tersebut diadakan oleh PWI dan terbuka untuk umum (selain wartawan).
Mungkin kalau yang dipersoalkan jika Denny JA adalah satu-satunya juri yang menentukan penilaian lomba ini, bisa saya maklumi. Tapi ini mempersoalkan dari siapa hadiahnya. Apa mungkin mereka beranggapan karena dari Denny JA, maka hadiahnya menjadi “tidak halal”? hehehe
Sisi lain, sebagai yang mendukung wacana “NKRI Bersyariah”, mereka yang memberikan tanggapan soal hadiah ini saya kenal sebagai orang yang cukup “militan” dalam menjalankan keyakinannya. Misal soal memberi ucapan natal kepada umat Kristiani yang merayakan natal setiap tanggal 25 Desember. Bagi mereka, mengucapkan selamat natal adalah merusak aqidah, apalagi sampai ikut merayakannya.
Sebenarnya, apa yang mereka yakini ini, soal ucapan Natal, saya juga yakini sudah sejak beberapa tahun ini dan saya amalkan. Saya tak lagi memberikan ucapan natal pada teman-teman saya umat Kristiani yang merayakan. Tentu saya juga tak menghadiri perayaan natal, baik hanya sekedar hadir, apalagi ikut dalam acara-acaranya. Buat saya itu merusak aqidah.
Walau memiliki keyakinan demikian, saya tak lantas menghakimi terhadap teman-teman muslim yang masih memberikan ucapan selamat natal, pun ikut hadir dalam perayaannya. Bagi saya, ini soal keyakinan yang tak harus membuat kita saling mengklaim kita paling benar, atau yang lantas harus membuat kita tak menghormati keyakinan yang berbeda.
Saya sangat yakin, teman yang menanggapi soal hadiah dari Denny JA ini pun adalah yang bisa menghormati dan menerima seorang muslim ucapkan selamat Natal, bahkan hadir di perayaan Natal. Mereka tidak akan protes dan mempersoalkan itu.
Kenapa saya yakin? Karena mereka adalah pendukung militan capres Prabowo Subianto di Pilpres 2019 ini. Dimana, Prabowo dalam perayaan Natal yang baru lalu, lewat video yang tersebar luas, terlihat ikut hadir dalam perayaan Natal yang diadakan keluarganya. Walau, menurut bantahan Gerindra, Prabowo tidak ikut merayakan, tapi hanya hadir.
Jika soal keyakinan yang jelas-jelas menyangkut aqidah saja teman ini bisa menerima, kenapa soal hadiah yang berasal dari Denny JA, hanya karena beda dukungan Pilpres, dipersoalkan. Betapa sangat mencengangkannya (saya tak ingin gunakan kata inkonsisten hehe)
—00—