Perang dagang china vs AS
ilustrasi


oleh
Prof. Ir. Daniel M. Rosyid PhD, M.RINA, Guru Besar ITS Surabaya.


SERUJI.CO.ID – Hingga Kamis malam kemarin, China tidak banyak berupaya untuk mendinginkan suasana perang dagang yang semakin memanas, yang dilancarkan Amerika Serikat (AS). Duta besar China untuk AS mengatakan bahwa “Kami siap berperang hingga titik akhir. Kami akan melindungi kepentingan dagang kami dengan cara apapun”.

Sikap China ini dinyatakan untuk menanggapi ancaman Presiden AS Donald Trump yang akan menaikkan bea masuk sebesar USD 50M untuk produk-produk China yang masuk ke AS sebagai balasan atas (tuduhan) pencurian hak kekayaan intelektual AS di China, termasuk patent dan copy-rights.

Hari Jumat ini China mengumumkan kebijakan balasan untuk menaikkan bea masuk bagi produk-produk AS ke China, termasuk minuman anggur, dan baja. China juga mengingatkan bahwa kebijakan gegabah Presiden Donald Trump ini justru akan merugikan AS sendiri dan minta agar pemerintah AS lebih berhati-hati.

Sementara itu the Federal Reserve beberapa hari sebelumnya telah menaikkan bunga sebesar 25 basis point sehingga sempat menurunkan harga-harga saham dunia.

Hemat saya, selama AS masih bisa mencetak US Dollar kertas begitu saja out of thin air -disebut quantitative easing, dan sebagian besar pemerintah negara-negara di planet ini masih sudi beriman pada USD, China akan tetap kesulitan memenangkan perang dagang ini.

Saya berharap China mau mengubah taktik perang dagangnya dengan cara meminta pembayaran ekspornya dengan emas atau minyak atau komoditi lain yang China butuhkan di dalam negerinya. Lebih jauh lagi, jika China, India, Rusia, Brazil, Turki dan Indonesia mulai meminta pembayaran perdagangan secara barter satu sama lain (atau dengan emas, tidak dengan USD), maupun dengan AS, maka yang diuntungkan tidak saja China dkk tersebut, tapi seluruh manusia di planet yang sedang sekarat ini dan diambang perang nuklir ini.

Praktek perdagangan internasional saat ini yang diikatkan dengan USD tidak saja membuat pasar bebas hanya takhayul yang ilusif, tapi juga memiskinkan banyak negara miskin dan berkembang, sekaligus merusak alam semesta.

Nah, dalam perspektif itu saya berharap Menkeu Sri Mulyani -bersama rekan2 Menkeu China, Rusia, Brasil, India dan Turki, berani segera memikirkan kebijakan baru -agar tidak tergantung pada utang baru, meminta semua transaksi ekspor kita dibayar dengan emas, minyak atau komoditi lain, tidak dengan USD. Jika itu terjadi, maka Sri Mulyani memang layak disebut Menteri terbaik dunia yang sejati.

Saya berharap saya tidak sedang menunggu Godot.

Sukolilo 23/3/2018

TINGGALKAN KOMENTAR

Silahkan isi komentar anda
Silahkan masukan nama