St. Salamah RA mengemukakan, bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Apakah kamu tidak rela apabila kamu hamil dari suamimu yang mana ia rela kepadamu, maka kamu akan memperoleh pahala sebagaimana pahala orang yang berpuasa dan pahala orang yang berjuang menegakkan agama Allah. Apabila suamimu menolakmu, penghuni langit dan bumi tidak ada yang mengetahui terhadap rahasia yang kamu simpan. Apabila kamu melahirkan, maka kamu akan mendapatkan kebaikan dari setiap teguk air susumu. Jika kamu berjaga malam, maka bagimu pahala dari pahala memerdekakan tujuh puluh hamba sahaya untuk menegakkan agama Allah.” (HR. Thabarani dan Ibnu Asakir).
Betapa mulianya kedudukan seorang ibu dalam pandangan Islam, bahkan ibu termasuk dalam kategori Almadrasatul Ula (tempat pendidikan pertama) bagi setiap orang. Maka jika sang ibu selalu berperangai baik, tentu sikap dan perangai anaknya akan menjadi baik pula saat ia dewasa, dan sebaliknya jika sang ibu kurang dapat menjaga kehormatan dan perilakunya, maka sifat anakpun akan terpengaruh dengan kondisi tersebut saat tumbuh dewasa.
Jika hak dan kewajiban seorang istri atau ibu itu terpelihara dengan baik, maka hal itu akan menjadikan lingkungan keluarga berjalan baik hingga membentuk rumah tangga yang ideal sesuai harapan setiap orang. Namun jika semua pihak tidak dapat memenuhi hak dan kewajibannya, jangan terlalu berharap sebuah keluarga itu akan menjadi rumah tangga yang sakinah mawaddah dan rahmah.
Sy. Abdullah Ibnu Amr RA mengemukakan, seorang wanita mengadu kepada Nabi SAW, “Ya Rasulullah, anak laki-lakiku ini lahir dari perutku, meminum air susuku, dan kupangku dalam asuhanku. Namun, bapak anak ini menceraikanku dan bermaksud mengambilnya dariku.”
Nabi Muhammad SAW bersabda, “Engkau paling berhak terhadapnya sebelum engkau menikah lagi.” (HR. Abu Dawud dan Ahmad. Hakim menilainya shahih).
Sabda Nabi Muhammad SAW ini menguatkan bagaimana kedudukan seorang ibu rumah tangga yang baik, sehingga beliau SAW memutuskan bahwa sang ibu memiliki hak yang lebih besar terhadap anaknya dibanding bapaknya, sekalipun sang bapak berkewajiban membesarkan anak-anaknya dengan penuh jerih payah dalam mengais rezeki.
Dalam riwayat lain diceritakan, bahwa ada seorang laki-laki yang menghadap Nabi Muhammad SAW seraya berkata, “Saya ingin berjihad wahai Rasulallah, dan saya datang ke sini untuk meminta keputusanmu.”
“Apakah engkau masih punya seorang ibu?” tanya Rasulullah SAW.
Lantas Rasulullah SAW bersabda, “Berbaktilah kepadanya, karena sesungguhnya surga itu ada di bawah telapak kaki ibu.” (HR. Ibnu Majah, Nasa’i, dan Hakim).
Karena itu pula Sy. Abu Ayyub mengabarkan, bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Barangsiapa yang memisahkan antara ibu dengan anaknya, niscaya Allah akan memisahkan dirinya dengan orang-orang yang dikasihinya pada hari Qiamat kelak.” (HR. Tirmidzi)