Saya kutip sedikit dari link berita tersebut:

“Oh, jadi anak saya meninggal karena nggak masuk ruang PICU? ‘Iya, Bu’, jadi kalau masuk ruang PICU bisa diselamatkan dong? Mereka diam, lalu saya tanya ‘Bu, saya bisa minta surat pernyataan nggak, kalau anak saya ini nggak bisa masuk ruang PICU karena kurang DP?’ susternya bilang ‘ngomong sama dokternya’ saya karyawan di sini, Pak,” cerita Henny.

Saran saya, sebaiknya petugas RS menghindari cara berkomunikasi seperti di atas. Karena itu bisa menjadi biang kerok dari semua keruwetan selanjutnya.

Menurut saya, pilihan RS Mitra Keluarga untuk “menolak” pasien Deborah masuk PICU RS tsb cukup beralasan, dan bisa jadi merupakan pilihan terbaik, karena pasien sebenarnya dalam jaminan BPJS. Uang yang dipakai masuk PICU RS swasta lebih baik digunakan untuk kebutuhan lain yang masih banyak nantinya.

Lebih baik mengusahakan untuk mencari PICU RS lain yang bekerjasama dengan BPJS, karena toh pada jam-jam itu tidak banyak bedanya bagi pasien apakah segera masuk PICU atau sementara menunggu di UGD, asalkan penanganan di UGD sudah dikerjakan dengan tepat sesuai standar.

Kalau membaca klarifikasi dari RS bahwa pasien sudah diberikan pertolongan intensif, mencakup pemberian oksigenasi, suctioning (penyedotan lendir), intubasi (pemasangan selang nafas), dll. (bila itu benar) semestinya itu cukup. Hanya caranya berkomunikasi dengan keluarga pasien yang (mungkin) gagal.

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silahkan isi komentar anda
Silahkan masukan nama