Saya baru merasa legaaa kalau pasien kritis sudah berhasil saya masukkan ke ICU. Seolah dengan memasukkannya ke ICU, saya telah berjasa “menyelamatkan nyawanya”. Padahal, ya enggak begitu juga.
Pengalaman bekerja di UGD dan ICU kemudian baru membuat saya sadar, bahwa yang “menyelamatkan” pasien bukanlah di mana ruangan dia berada. Bukan soal masih berada di UGD atau sudah masuk ICU.
Bukan. Bukan itu. Tidak ada bedanya masuk ICU kalau kemudian juga tidak dilakukan apa-apa di situ. Pasien gawat tetap saja akan makin gawat, bahkan akhirnya meninggal juga.
Yang membedakan bukan soal UGD atau ICU nya, tapi soal TINDAKAN APA yang sudah dokter lakukan untuk menyelamatkan pasien, dan OBAT-OBAT APA yang sudah diberikan.
Dan ternyata SEBAGIAN BESAR (bisa dibilang 95%-lah) tindakan untuk mengatasi kondisi kritis pasien BISA DILAKUKAN DI UGD.
TIDAK PERLU MENUNGGU PASIEN MASUK ICU atau PICU untuk melakukan tindakan medis dan memberikan obat-obatan yang mungkin bisa menyelamatkan nyawanya. TIDAK PERLU.
Mencerahkan artikelnya pak dokter