SERUJI.CO.ID – Diabetes sebenarnya bukanlah penyakit yang baru. Sejak zaman mesir kuno penyakit ini sudah dikenal. Tetapi dalam beberapa dekade terakhir prevalensi-nya meningkat luar biasa.
Walau sudah banyak kemajuan ilmu pengetahuan berkaitan dengan penyakit ini, termasuk penanganannya, kemajuan itu tidak dapat membendung meningkatnya jumlah penderita diabetes melitus di seluruh dunia.
Ini tergambar dari perkiraan jumlah penderita diabetes melitus pada tahun 1985 yang hanya sekitar 30 juta, meningkat menjadi 366 juta pada tahun 2011. Dan diperkirakan akan mencapai 592 juta orang pada tahun 2035 akan hidup dengan diabetes melitus.
Seiring dengan epidemik diabetes dunia ini, jumlah pengidap diabetes di Indonesia juga tinggi. Pada tahun 2015 diperkirakan ada sekitar 10 juta orang dengan diabetes di Indonesia, termasuk 10 besar negara dengan jumlah pengidap tinggi di dunia. Jumlah ini semakin lama semakin meningkat sesuai dengan perubahan lingkugan dan gaya hidup. Pada tahun 2030 perkiraan pengidap diabetes melitus ini akan mencapai 21 juta lebih.
Dengan jumlah pengidap 10 juta ini (2015) maka dari setiap 15-20 orang dewasa di Indonesia, paling tidak akan ada satu orang pengidap diabetes melitus. Sebagai ilustrasi saja, waktu saya mengikuti reuni teman-teman satu angkatan tahun kemaren, dari sekitar 40 orang yang hadir, lima orang diantaranya kabarnya menjadi penyandang diabetes melitus.
Karena jumlah pengidap diabetes yang tinggi ini, melihat, mendengar keluarga, saudara, tetangga, teman menderita yang mengidap diabetes bukanlah hal yang aneh lagi.
Saya teringat sekitar tahun 70-an, ketika masih tinggal di kampung. Setahu saya di kampung kecil yang cukup jauh dari kota itu, tidak pernah saya melihat, mendengar penduduk kampung yang mengidap atau meninggal karena diabetes. Berlainan dengan beberapa bulan yang lalu, kampung kecil dengan hanya beberapa puluh kepala keluarga itu, saya dengar ada beberapa orang juga yang mengidap diabetes, bahkan ada yang meninggal karena komplikasi diabetes.
Sayangnya, walaupun penyakit diabetes sudah sangat familiar pada sebagian masyarakat, seperti pada ilustrasi pasien-pasien di atas, pengetahuan, pengertian, pemahaman, atau persepsi mereka masih terbatas, dan bahkan banyak juga yang salah. Mitos-mitos yang keliru tentang diabetes jug banyak beredar di tengah-tengah masyarakat.
Mitos yang dipercaya, atau persepsi yang salah, seperti; diabetes disebabkan minum gula, hanya karena disebabkan turunan, kalau tidak ada turunan tidak mungkin kena diabetes, tidak bisa diobati, tidak ada gejala maka bukan diabetes, tidak ada komplikasi tidak apa-apa, ada diabetes basah diabetes kering, dan kalau kering juga tidak masalah.
Dan, banyak lagi anggapan, mitos-mitos yang tidak tepat beredar di tengah-tengah masyarakat kita. Tentu saja semua ini berpengaruh terhadap perjalanan penyakit diabetes pada individu yang bersangkutan, dan bahkan penyakit diabetes secara keseluruhan.
(Bersambung ke seri 2)