GUATEMALA, SERUJI.CO.IDÂ – Korban tewas akibat letusan gunung berapi di Guatemala naik jadi 65 pada Senin (4/6), saat anggota keluarga mencari keluarga mereka yang hilang di kamar mayat sementara dan di jalan yang ditutupi abu.
Lembaga penanganan bencana nasional Guatemala, CONRED, menambah jumlah korban tewas saat beberapa mayat dikeluarkan lagi dari puing di sekitar desa El Rode, yang dengan keras dilanda letusan. Sejauh ini baru sedikit korban yang telah diidentifikasi.
Di kamar mayat sementara di Kota Escuintla, sekitar 30 kilometer dari lokasi letusan, anggota keluarga yang putus asa datang untuk mencari kerabat mereka di antara korban tewas.
Francisco Quiche, tukang las yang berusia 46 tahun, memberi contoh darahnya untuk berusaha mengidentifikasi jenazah putranya, meskipun ia sudah mengetahui nasib putranya.
Setelah mengungsi dari Kota El Rodeo bersama keluarga, ia kembali untuk mencari putranya dan menantu perempuannya. Quinche mengintip melalui lubang di tembok rumah putranya dan melihat mayat putranya. ia khawatiran menantu perempuannya juga meninggal.
“Kami punya waktu untuk pergi, syukurlah, tapi saya sedih karena kehilangan putra saya dan menantu perempuan saya,” kata Quinche sementara air mata mengalir di pipinya.
“Putra saya baru berusia 22 tahun, sama dengan usia menantu perempuan saya, yang sedang mengandung,” tambahnya.
Baca juga:Â Gunung Berapi Meletus di Guatemala, 7 Tewas dan 296 Cedera
Letusan Gunung Fuego yang dalam Bahasa Spanyol berarti “Api” pada Ahad (3/6) adalah letusan yang paling besar dalam lebih dari empat dasawarsa. Letusan itu memaksa ditutupnya Bandar Udara Internasional utama Guatemala dan membuat ratusan hektar tanaman kopi tertimbun debu di lereng gunung tersebut.
Tugas untuk menemukan mayat pada Senin terhalang oleh letusan lain dan tanah longsor di lereng selatan Gunung Berapir Fuego memicu pengungsian baru. Menjelang petang, hujan lebat memaksa petugas pertolongan menghentikan upaya pencarian di El Rodeo sampai pagi hari berikutnya, kata seorang juru bicara CONRED.
Ditempat lain, proses berkabung telah dimulai. Tayangan televisi lokal memperlihatkan warga desa sedang berjalan di jalan, sambil memanggul peti mati di pundak mereka.
Bangundan dan jalan di dekat Gunung Berapir Fuego benar-benar berwarna coklat dan abu-abu.
Prajurit Angkatan Bersenjata dengan mengenakan masker biru terus mengawasi permukiman yang sangat terpengaruh dan telah ditutup. Hingga Senin (4/6) petang, gunung berapi tersebut terus mengeluarkan awan gas dan batu yang berwarna gelap.
Fuego, satu dari beberapa gunung berapi aktif di negara Amerika Tengah itu, berada di dekat Kota Kolonial Antigua, lokasi warisan dunia UNESCO yang telah selamat dari letusan gunung berapi. Kegiatan terakhir adalah letusan gunung berapi yang berada di sisi jauh, yang menghadap ke Pantai Pasifik.
Letusan Gunung Berapi Fuego pada Ahad (3/6) mengirim gelombang debu dan asap setinggi 10 kilometer, sehingga beberapa wilayah dihujani debu. Lebih dari 3.200 orang telah diungsikan, kata CONRED. (Ant/SU02)