Fakta dan sudah menjadi pemberitaan, kondom dan pil KB laris manis ketika menjelang perayaan tahun baru. Lokasi yang menjadi tempat maksiat seperti kawasan puncak dan daerah-daerah dengan penduduk pendatang muda (sekolah dan kuliah), memberi kontribusi besar penjualan alat pencegah kehamilan ini.

Perayaan tahun baru dengan segala hingar bingarnya, bukan budaya asli Indonesia. Namun, kekuatan media yang membawa budaya dari barat seakan menghipnotis masyarakat Indonesia untuk ikut merayakannya, bahkan ada yang didukung penuh pemerintah daerah. Alasannya, sebagai destinasi wisata untuk pendapatan daerah.

Ketika ada daerah yang melarang perayaan tahun baru, maka sesungguhnya telah memahami bahaya yang akan ditimbulkannya. Pergantian tanggal di jam 12 malam itulah yang menjadi faktor terbesar pendorong anak-anak muda untuk berlaku maksiat. Kejahatan, tidak akan terjadi jika tidak ada kesempatan, seperti kata Bang Napi. Keluyuran malam ditambah kebebasan bergaul semacam pacaran dan kumpul-kumpul yang hanya melampiaskan suka cita, mendorong perilaku semakin haus akan kepuasan-kepuasan nafsu semata.

Apa yang terjadi setelah jam 12 malam di tahun baru? Pulang dan bobok di rumah, sedangkan kedua orangtuanya sudah tidur pulas? Apalagi yang tinggal di kos-kos sekitar kampus, tanpa orangtua mendampingi. Semua kesempatan terbuka lebar, dan hanya kehamilan saja yang ditakuti.

Saat ini memang, negara-negara barat seperti menjadi kiblat dunia modern, dengan segala fasilitas hidup dan teknologinya. Namun, diakui sendiri oleh para ahli pendidikan mereka, harus belajar bagaimana hidup yang benar, yaitu hidup berkeluarga, ke dunia timur termasuk Indonesia. Negara maju saat ini sesungguhnya sedang krisis demografi, ketika jumlah penduduk tua tidak produktif mendominasi masa depan mereka.

Gaya hidup bebas yang diagung-agungkan ternyata membuat banyak orang meninggalkan tanggungjawab untuk membangun generasi, dan lebih memilih bersenang-senang, seperti memilih menjadi pasangan tanpa keluarga dan anak-anak. Budaya yang kemudian menular berbentuk pacaran atau sejenisnya, bukan untuk saling mengenal, namun untuk melampiaskan kesenangan. Tak heran, demi kesenangan tanpa tanggungjawab, kondom dan pil KB laris bak kacang goreng.

Bisa dikatakan, perayaan tahun baru menjadi momen perusakan rasa tanggungjawab kepada anak-anak muda bangsa ini. Waspadalah.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silahkan isi komentar anda
Silahkan masukan nama