Budaya perayaan hari Valentine datang dari dunia Barat, masuk ke Indonesia melalui media, utamanya televisi, karena para selebritis juga berkiblat ke sana. Jargonnya tampak indah, seperti sejalur dengan Asma Allah yang Agung, Pengasih dan Penyayang. Tapi, diikuti dengan propaganda setan dengan penghalalan sesuatu yang keji: zina.
Barangkali ada yang beropini, perayaan tidak perlu dimasalahkan dan ambil baiknya saja. Masalahnya, propaganda setan itu selalu tersembunyi di bawah keindahan sesuatu. Kasih sayang (love) yang dimulai dengan pernyataan cinta sepasang kekasih di hari Valentine, sepertinya menjadi ‘sah’ diakhiri dengan making love, yang berarti tidur seranjang. Buktinya?
Berdasarkan definisi di Wikipedia, “Hari Valentine (bahasa Inggris: Valentine’s Day) atau disebut juga Hari Kasih Sayang, pada tanggal 14 Februari adalah sebuah hari di mana para kekasih dan mereka yang sedang jatuh cinta menyatakan cintanya di Dunia Barat“. Dari definisinya saja, sama sekali tidak menyinggung bentuk hubungan legal, hanya kekasih. Artinya, pernikahan tak diperlukan, hubungan bebas. Bebas sampai mana?
Sharon L. Camp, president & CEO of The Alan Guttmacher Institute menyampaikan, “In 2003, almost 5 million people worldwide were infected with HIV. And in the United States alone more than 3 million unintended pregnancies occur every year. The condom is a critical weapon in the fight for sexual and reproductive health.”
Kata kuncinya: penyakit, hamil tak diharapkan, dan kondom. Apa hubungannya? Ternyata di Amerika Serikat ditetapkan Pekan Kondom Nasional (Nation Condom Week) dimulai tanggal 14 Februari! Bukan sebuah kebetulan, tapi memang disengaja dengan maksud mengedukasi kaum remaja akan pentingnya menggunakan kondom untuk menjaga kesehatan organ reproduksi. Artinya, budaya seks memang diakui terjadi masal di hari-hari Valentine.
Ikatan “kekasih” di luar pernikahan adalah sasaran empuk para setan. Jika terjerumus dalam perzinaan, jati diri manusia musnah di hadapan Tuhan, menjadi makhluk lepas tanggung jawab dan hamba syahwat.
Barangkali anak muda muslim sekarang perlu diedukasi bahwa harga diri dan kehormatan di hadapan Tuhan menjadi tujuan hidup utama, dengan menyeimbangkan antara menuruti nikmat dan tanggungjawab. Jangan sampai nanti menjadi anekdot, “Februari, Hari Kasih Sayang, cewek dikejar. November, Hari Anak, gantian cowok dikejar minta pertanggungjawaban”.