Para analis politik telah menyuarakan optimisme atas pemilihan Abiy Ahmed sebagai pimpinan baru dari koalisi yang berkuasa di Ethiopia, sebuah negara yang diguncang oleh demontrasi anti-pemerintah selama beberapa tahun. Abiy diharapkan akan dilantik sebagai Perdana Menteri dalam waktu dekat setelah memenangkan 108 dari 180 suara dalam rapat oleh Ethiopian People’s Revolutionary Democratic Front (EPRDF) atau Dewan Revolusi Rakyat Ethiopia.
Dia akan menjadi Perdana Menteri pertama dari kelompok etnis Oromo sejak EPRDF menjadi penguasa 27 tahun lalu. Goncangan politik datang lebih dari 40 hari setelah pengunduran diri mendadak Perdana Menteri Asep Desalegn, yang berlanjut dengan kerusuhan dan krisis politik di negara ini sebagai alasan utama dalam keputusannya.
Segera setelah pengumuman itu, pihak berwenang menyatakan keadaan darurat selama 6 bulan sampai dengan 2 tahun. Pada Agustus 2017, Ethiopia menyatakan keadaan darurat diberlakukan setelah ratusan orang terbunuh dalam protes anti-pemerintah. Etnis Oromo dan Amhara dengan 61 % dari populasi telah menggelar demonstrasi massa sejak 2015 dengan menyerukan inklusi politik yang lebih besar, termasuk pada tingkat nasional, dan mengakhiri pelanggaran hak asasi manusia.
Seminggu setelah pengunduran diri Asep Desalegn, Abiy terpilih sebagai Ketua dari Oromo People Democratic Organisation (OPDO), salah satu dari empat dalam koalisi EPRDF. Tiga pihak lain adalah Tigrayan People’s Liberation Front (TPLF), Amhara National Democratic Movement(ANDM) dan Southern Ethiopian People’s Democratic Movement (SEPDM).
“Ada tiga kandidat untuk posisi tersebut dan hanya satu dari mereka memiliki kesempatan untuk mengendalikan unjuk rasa di jalanan dan memiliki tingkat kepercayaan yaitu Abiy Ahmed”, Mohammed Ademo, Pendiri dan Editor situs Berita Independen Opride.com, mengatakan kepada Al Jazeera.
Sebagian analis politik menyatakan keraguan akan kemampuan Abiy dalam menempatkan dirinya diantara koalisi politik dan keinginan dari para pegunjuk rasa.
“Meskipun dia terpilih dengan mandat yang sangat kuat dalam partai dan diharapkan memiliki dukungan yang lebih besar daripada parlemen. Hal ini dikarenakan Abiy memiliki tugas untuk mengendalikan militer dan stabilitas keamanan,” Awol Allo, Dosen Hukum di Keele University, mengatakan kepada Al Jazeera.
Abiy Ahmed lahir di kota Agaro di Oromia dalam campuran keluarga Kristen dan Islam, Abiy bergabung dengan OPDO pada 1980-an. Calon Perdana Menteri ini mampu berbicara tiga bahasa Ethiopia dan meraih gelar doktor tentang Perdamaian dan Keamanan dari Universitas Addis Ababa. Dan menjabat sebagai Menteri Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam Kabinet Asep Desalegn.
Abiy memiliki dukungan yang luas dari pemuda Oromia, yang telah aktif dalam aksi kekerasan yang sejak November tahun 2015 dan menyebar ke wilayah Amhara pada Agustus tahun 2016. Pada Oktober tahun 2016, Abiy Terpilih sebagai Wakil Presiden Negara Oromia, bersama dengan Lemma Megersa sebagai presidennya.
Aby adalah bagian penting dari pemerintahan Presiden Lemma tim yang telah mendorong reformasi di Oromia,” kata Allo. “Pemilihan Abiy ke posisi Perdana Menteri akan membuka peluang bagi reformasi untuk diterapkan secara meluas di seluruh negara.”
Di bawah Lemma dan Abiy, Oromia menjadi daerah yang memiliki kebebasan dalam berpolitik dan berpendapat bahkan oposisi diberikan platform”, kata Ademo. Editor Opride.com ini menambahkan bahwa reformasi administrasi dan birokrasi sangatlah penting. “OPDO, yang menempatkan Abiy maju untuk menjadi Perdana Menteri, telah bersedia untuk mendengarkan tuntutan rakyat dan melakukan kritik dengan tegas dan publik mengkritik pemerintah mengenai penanganan kekerasan terhadap para pengunjuk rasa,” katanya.
Tantangan ke depan setelah memegang jabatan, Abiy akan menghadapi pembagian administratif antara koalisi yang berkuasa serta ketidakpuasan sebagian orang-orang Ethiopia. “Ada banyak tantangan di masa yang akan datang,” Pemimpin Oposisi Ethiopia Merera Gudina, yang baru saja dibebaskan dari penjara, mengatakan kepada Al Jazeera.
“Dalam jangka pendek, melepaskan semua tahanan politik,” katanya, sambil juga menyerukan pencabutan keadaan darurat. “Dalam jangka panjang, memimpin negara untuk menerapkan demokrasi dan menjaga stabilitas negara.” Partai Oromo dan Amhara serta pengunjuk rasa telah kritis terhadap apa yang mereka anggap sebagai ketidakadilan Partai Tigray. TPLF mewakili kelompok etnis dengan populasi 6 % dari Etiopia, tapi telah lama mendominasi kehidupan politik di negara ini.
Perdana Menteri Oromo akan memulai reformasi dari status quo. Tsedale Lemma, Pemimpin Redaksi mengatakan, “Saya tidak berpikir orang-orang Oromo akan puas karena Oromo menduduki istana kepresidenan sekarang. Itu semua tergantung pada reformasi dijalankan. “Orang-orang Oromo akan mengawasi hal-hal ini dan mereka akan kembali ke jalan-jalan jika mereka melihat bahwa reformasi menuju ke arah yang salah”.