Bukan rahasia lagi. Berita yang disajikan media-media saat ini sering kali tendensius dan menyudutkan Islam dan muslim. Sebal dibuatnya. Alih-alih kita menentang berita itu, kita justru turut membantu mem-viral-kannya. Inilah kenyataan pahit yang harus ditelan bulat-bulat oleh 200-an juta muslim akibat tidak menguasai media.
Wait. Saya mau cerita sesuatu. Di suatu siang yang syahdu, sebuah video pendek masuk di hp saya. Dalam tayangan tersebut, nampaklah seseorang yang sedang mengajak audience untuk lebih memberdayakan ekonomi rakyat kecil. Secara teknis: marilah kita belanja kebutuhan sehari-hari di warung-warung milik tetangga kita yang kian hari kian redup akibat menjamurnya minimarket. This good idea.
Dalam tayangan itu juga, pembicara mencontohkan bahwa dalam kehidupan kita sehari-hari, banyak sekali uang yang kita belanjakan untuk entah siapa yang ada di London sana. Mulai dari sabun mandi supaya cantik macam Dian Sastro, kita pakai merk A yang pabriknya punya orang London. Lalu supaya senyum kita memukau, kita pake odol yang ternyata pemiliknya ada di negeri antah berantah. Belum sampo, kosmetik, hingga air minum. Kini, saatnya kita memulai membelanjakan harta kita pada orang yang dekat dengan kita
Lalu muncullah pertanyaan saya. Apakah ketika kita membeli barang kebutuhan sehari-hari di warung-warung milik tetangga kita, barang-barang yang kita beli tersebut berbeda dengan yang dijual di minimarket? Apakah dengan belanja di tetangga lantas kita tidak lagi mengalirkan uang kita pada orang di negeri antah-berantah? I guess no.
Berarti kita bukan hanya sekedar perlu mengalihkan tempat belanja, namun muslim juga harus punya pabrik sendiri yang memproduksi barang kebutuhan sehari-hari. Sehingga tersedia produk alternatif jika kita “tidak boleh” membelanjakan uang kita pada orang di negeri antah-berantah tersebut. Apakah dengan ini saya jadi terlihat fasis, rasis, narsis, atau sosis? Suka-suka lah ya. 😛
Hal yang sama juga dalam hal penguasaan media.
Kita bosan dengan media mainstream yang framing-nya sering kali negatif terhadap Islam dan muslim. Tapi kita cuma bisa ngedumel, sesak hati, sebel tiada tara. Tapi ga bisa berbuat apa-apa sebagai perlawanan 😁
Lalu kita harus bagaimana?
Taktis-nya, kita mesti punya media sendiri sebagai alternatif dan penyeimbang informasi. Its simply call: penguasaan media.
Penguasaan media jelas butuh dana.
Itulah kenapa media mainstream itu selalu jaya karena pendanaan mereka lancar.
Lalu dananya dari mana?
Ayo umat Islam ini gotong royong.
Kalau gotong royong, siapa penanggung jawabnya? Bagaimana supaya tidak melanggar hukum?
Ya lewat koperasi. Alhamdulillah sekarang sudah ada koperasi Swamedia Mitra Bangsa.
Koperasi ini adalah badan hukum perusahaan pers milik umat. Dana yang terhimpun dari umat inilah yang akan menjadi modal untuk membangun perusahaan pers. Perusahaan pers akan diisi oleh orang-orang profesional di bidang media dan memiliki idealisme sehingga akan memproduksi berita yang sesuai dengan fakta dan berpihak pada umat.
Kalau lah kita, merasa tidak merasa punya passion (atau apalah istilahnya) di bidang media karena lebih menyukai dunia ekonomi misalkan. Tak masalah. Kita bisa bersinergi dan bagi tugas. Cukuplah menjadi anggota koperasi dan fokus meningkatkan ekonomi rakyat kecil. 🙂
Its okey, saat ini sudah tersedia berbagai macam jejaring sosial seperti WhatsApp, facebook, Twitter, instagram, dll. Yang mana dengan semua itu bisa kita jadikan ‘alat perlawanan’ terhadap framing media. But wait. Kita jadi kerja sendiri-sendiri. Ibarat sebuah lidi, kalau dimanfaatkan lidi per lidi, sampai kiamat nggak akan bisa membersihkan secuplik halaman. Tapi jika lidi-lidi tersebut disatukan? Cukup lah untuk menyapu dan membersihkan lapangan golf. 🙂
See this. Kita butuh gotong royong, Saudara-saudara. B-) Dengan gotong royong, muslim patungan 30 ribu per bulan… InsyaAllah semakin banyak dana yang terhimpun, cita-cita muslim kuasai media akan segera mewujud. Amin..
Tak masalah, dengan 30 ribu per bulan, praktis kita menjadi bagian beramar-makruf nahi mungkar lewat media. Semoga Allah meridhai dan memudahkan. Amin. Seputar koperasi [klik] dan link pendaftaran [klik].
Cheers ^_^
Dyah Sujiati
Anggota Koperasi Swamedia Mitra Bangsa
Keren nih… Tulisan Mbak Dyah