MANCHESTER, SERUJI.CO.ID – Pelatih Manchester City, Pep Guardiola percaya dengan keajaiban, meski menghadapi misi berat saat timnya menatap pertandingan leg kedua babak perempat final Liga Champions pada Selasa (10/4), di mana timnya harus mengatasi defisit 3-0 melawan Liverpool.
“Dalam sepak bola, apa pun bisa terjadi,” kata manajer Manchester City Pep Guardiola sambil mengangkat bahu.
Ini adalah kenyataan, tentu saja, dan baik Guardiola maupun pelatih dari Liverpool, Juergen Klopp, tidak perlu terlalu keras memikirkan contoh-contoh di mana keunggulan tiga gol atau lebih, menjadi terbalik dalam kompetisi Eropa.
Mantan pemain dan manajer Barcelona Guardiola masih menggambarkan dirinya sebagai penggemar klub Spanyol dan tidak perlu mengingat bagaimana tim lamanya maju ke perempat final musim lalu.
Paris St Germain mengalahkan Barca 4-0 di Parc des Princes dalam pertandingan leg pertama babak 16 besar mereka, hanya untuk tersingkir setelah kemenangan luar biasa 6-1 bagi tim Catalan di Nou Camp di mana tiga gol tercipta di menit akhir pertandingan.
Klopp sering mencatat bagaimana sejarah klub memiliki sedikit dampak pada timnya, tetapi penggemar timnya lebih mudah memahami daripada bagaimana rapuhnya keunggulan tiga gol itu.
“The Anfield” masih ingin merayakan kembalinya salah satu kembalinya kehebatan sepak bola,di malam saat mereka memenangkan final Liga Champions 2005 di Istanbul melalui adu penalti melawan AC Milan setelah tertinggal 3-0 dari Italia di babak pertama.
Bahkan musim ini, Klopp dan para pemainnya sendiri mengalami betapa mudahnya keunggulan tiga gol bisa hilang di sepak bola Eropa.
Mereka unggul 3-0 pada babak pertama di Sevilla dalam pertandingan penyisihan grup mereka pada November, tetapi kemudian berakhir dengan hasil imbang 3-3 setelah bangkit di babak kedua dengan gol penyeimbang saat tambahan waktu melalui Guido Pizarro.
Reaksi manajer Jerman itu setelah keruntuhan babak kedua bisa berfungsi sebagai peringatan sempurna bagi timnya menjelang perjalanan mereka ke Etihad.