
Dalam historiografi politik, Sriwijaya negeri maritim yang disegani dengan armada laut dan tata niaga sektor laut yang kuat akhirnya runtuh. Demikain pula Majapahit dengan wilayah kekuasaannya dari Madagaskar sampai Formosa juga hanya tinggal nama. Inggris Raya negeri asal penjajah dengan imperiumnya luas dibawah naungan Britis Commonwealt of Nation, negara maritim seperti Jepang, sejak 1945 paska peritiwa penyerangan ke Hawai dan kekalahan akibat bom atom di Hiroshima dan Nagasaki sektor pertahanan masih dibawah protektorat Amerika yang berkedudukan di Okinawa. Demikian pula Philipina negara yang mungkin paling kuat sebagai negara Katolik dibawah pengaruh imperium Vatikan dan juga Amerika Serikat.
Ada beberapa faktor yang bisa menjadi ancaman serius integrasi nasional:
- Sebagai negara Kepulauan secara geopolitik Indonesia berada dalam kekuatan eksternal (external treath) sebagai ancaman Labilitas integrasi nasional,
- Selain itu juga berbatasan langsung dengan 13 negara tetangga sebagai musuh,
- Problem politik kawasan Asia Tenggara seperti konflik laut China Selatan,
- Dinamika politik yang ditunjang persaingan pengaruh penetrasi kapital kekuatan China dan Barat,
- Fragmentasi ideologi agama paska perang teluk dan 911,
- Belum lagi Indonesia terancam bahaya perang proxy melalui jaringan teknologi informasi yang bergerak cepat membuat dunia ini tanpa batas (borderless nations).
Selain penetrasi kapital juga hegemoni sipil dan militer telah menjadi kian mengancam negeri ini. Korporasi asing yang menguasai sendi-sendiri perekonomian nasional, konglomerasi kelompok elit oligarki yang menguasai lebih dari 70% kekayaan nasional, baik berupa sumber daya alam, penguasaan tanah juga penguasa fiskal dan moneter melalui permainan volatilitas mata uang baik Yuan maupun juga USD, dan akhir2 ini Sing Dollar.
Selain ancaman eksternal juga Indonesia adalah negara memiliki labilitas integrasi nasional dari ancaman internal. Selain keanekawargaan suku, agama, ras dan antar golongan, hari ini telah menjadi komoditas politik yang membahayakan. Politik rasisme yang makin mengkristal, demikian pula kelompok oligarki politik tingkat nasional yang mengedepankan politik primordialisme, penuh dengan nepotisme.
Monopoli suku bangsa Jawa yang menguasai politik nasional adalah ancaman serius Indonesia akan bubar. Bayangkan, 72 tahun Indonesia merdeka Presiden selalu bersuku bangsa Jawa, sedangkan luar Jawa dianggap sebagai kacung dan babu politik. Sistem demokrasi satu orang, satu suara dan satu nilai (One men, One vote and One value) hanya dibuat untuk menguntungkan dan melestarikan adidaya bangsa Jawa menguasai panggung politik nasional. Padahal sistem perwakilan dan sistem proporsional atau sistem pemilu berbasis representasi wilayah jauh lebih relevan dibandingkan pemilihan berbasis penduduk.