MENU

Orang-Orang Merdeka

Catatan akhir tahun, Dr. Syahganda Nainggolan, Sabang Merauke Circle

Soal kemampuan menulis. Wartawan senior biasanya terkena doktrin 5W+1 (what, who, when, where, why dan how). Doktrin ini membuat mereka jeli, dalam dan “cover both side” dalam menulis. Ini beda dengan kebanyakan generasi medsos, generasi “copy paste” dan “forward“. Apalagi jika menulis atau penulis berbayar, tentu yang disajikan hanyalah data data dan informasi propaganda, untuk medukung kelompoknya saja.

Dengan kemampuan menulis ala doktrin 5W+1 itu, Asyari Usman, Arief Sofianto, Tony Rasyid, Nasrudin Joha, Hersubeno Arif, dan lainnya, juga terkahir ini Tjahja Gunawan menghadirkan tulisan berkelas. Tulisan berkelas artinya menampilkan fakta sebagai alat ukur. Sehingga kebenaran yang dicari pembaca bukan manipulasi, melainkan hal nyata.

“Seeking the truth”, Terlepas dari keterbelahan masyarakat (divided society) saat ini, masyarakat yang terbelah itu juga ingin mengetahui kebenaran yang sesungguhnya atas sebuah informasi yang beredar.

Hal ini tentu sulit didapatkan saat ini. Karena media sebagai pilar informasi sudah menjadi industri. Bahkan, lebih parah dari industri, media sudah lebih jauh berubah menjadi alat propaganda penguasa. Beberapa media alternatif saat ini (seperti SERUJI ini) menjadi serbuan alternatif rakyat yang muak dengan informasi versi pemerintah.

Di masa Suharto, ketika media dikontrol penguasa untuk memberitakan semua kebaikan penguasa, masih ada celah kebaikan karena wartawan saat itu masih independen. Saat ini mencari wartawan baik pun susah.

Penulis (eks) wartawan senior ini pada kelompok oposisi akhirnya berfungsi menjadi pencerah dalam konteks mendapatkan informasi yang benar.

Banyak penulis seperti saya, Eddy Junaidi, Salamuddin Daeng, Dr. Ahmad Yani dan lainnya, bahkan Sri Bintang telah dipersepsikan begitu bias. Penulis seperti saya misalnya, seringkali menghindari “cover both side“. Meskipun tentunya soal “truth” yang saya sampaikan memenuhi unsur. (“Truth vs falsehood” yang diperbincangkan Aristoteles dan Plato dalam Theory of Correspondence dan Bertrand Russell dalam Theory or Coherence, bagi seorang ideolog tidak sepenuhnya benar. Ini bahasan lain nantinya).

Sebaliknya, penulis berlatar belakang wartawan ini menyajikan fakta lengkap, sehingga lebih utuh informasinya. Ada kehausan masyarakat kepada tulisan mereka.

Dalm tulisan ini, saya melihat penulis-penulis (eks) wartawan ini adalah orang-orang merdeka, karena tiga alasan penting tadi sebagai latarbelakang kajian kita: idelaisme, kemampuan menulis dan “seeking the truth”.

Mereka manusia-manusia pencerah, namun tak berbayar. Tanpa bayaran, mereka menjadi jaminan kemerdekaan mereka berpikir. Kemerdekaan berpikir tentu membuat mereka menjadi rujukan rakyat, disampinng kaum ideolog. Rujukan ini minimal untuk kebutuhan rakyat oposisi yang cinta kebenaran. (ARif R)

Ingin mengabarkan peristiwa atau menulis opini? Silahkan tulis di kanal WARGA SERUJI dengan klik link ini

TINGGALKAN KOMENTAR

Silahkan isi komentar anda
Silahkan masukan nama

ARTIKEL TERBARU

BERITA TERBARU

TERPOPULER