SERUJI.CO.ID – Di penghujung sampai pergantian tahun (November-Januari) kemarin nilai tukar Dollar Australia (AUD) terhadap Rupiah (IDR) menguat sangat signifikan. Dari yang biasanya berkisar Rp8.000,00 per dollar, pada periode tersebut mencapai sekitar Rp9.000,00 per dollar. Bahkan AUD mencatat sejarah untuk pertama kalinya melampaui nilai Dollar Amerika Serikat (USD). Kondisi tersebut tentu saja berkah bagi para pekerja “mahasiswa” yang mentransfer dollar hasil peras keringat selama di Ostrali ke Tanah Air, yang biasanya melalui kanggaru.net milik seorang Indonesia di Australia.
Otot-otot perekonomian Australia semakin perkasa sejak meningkatnya permintaan atas produk-produk Australia di pasar dunia. Negeri seperti China dan India yang haus bahan baku dan sumber energi untuk geliat industri mereka melakukan import besar-besaran atas produk-produk Australia. Lonjakan permintaan terhadap batu bara, bahan-bahan tambang serta produk pertanian dan peternakan (life stock) otomatis meningkatkan pula kebutuhan dunia akan mata uang bergambar ratu Inggris tersebut.
Saya pernah mengunjungi Royal Australian Mint di bilangan Denison Street, Canberra. Pabrik uang koin Australia ini menghasilkan enam jenis koin pecahan 5, 10, 20, dan 50 cent, serta 1 dan 2 dollar. Koin pecahan cent berwarna keperakan, sedangkan koin pecahan dollar berwarna keemasan. Kalau ukuran koin cent berbanding lurus terhadap nilai nominalnya, sebaliknya koin 2 dollar lebih kecil ukurannya dari koin 1 dollar. Ukuran masing-masing jenis koin adalah standar, mengingat koin digunakan di banyak mesin pembayar (ATM) dari urusan parkir, bayar tiket bus, sampai telepon umum. Sedangkan untuk uang kertas (bank notes) terdapat pecahan 5 dollar, 10 dollar, 20 dollar, 50 dollar dan 100 dollar yang semuanya dicetak di pabrik duit di Melbourne.
Di Royal Australian Mint, pengunjung bisa melihat koin Australia dari tahun-ketahun. Saya jadi tahu bahwa gambar di uang koin Australia dibalik gambar Ratu Inggris adalah beraneka ragam. Setiap tahun Australia mengeluarkan edisi koinnya, bergantung moment dan tema yang sedang dipilih. Untuk jenis koin yang sama, ada edisi olimpiade, edisi ilmu pengetahuan, edisi kepahlawanan, edisi flora dan fauna, edisi luar angkasa, dll. Terdapat pula koin edisi khusus yang diperjual belikan sebagai cendera mata yang dibuat dari emas dan perak.
Melalui lorong dinding kaca tembus pandang di lantai atas, kita bisa melihat proses pembuatan uang koin, mulai dari desain, pencetakan, pemolesan sampai pendistribusiannya. Jika kita datang saat jam kerja, kita bisa melihat para pekerja mengoperasikan alat-alat otomatis yang beberapa diantaranya seperti lengan robot. Dari tempat tersebut kita juga bisa melihat tumpukan koin setengah jadi, yang sekilas seperti gudang koin Paman Gober dalam cerita Donald bebek. Di pabrik duit ini kita juga bisa mencoba membuat uang sendiri, dengan memasukkan koin dua dollar kedalam mesin khusus, dan kita bisa melihat prosesnya sampai keluar uang sedollar serta bungkusnya sebagai souvenir.
Dari pabrik koin ini didistribusikan cent dan dollar untuk mengisi kebutuhan bank, mall, pasar, serta dompet orang-orang di seantero Australia. Dengan duit dollar sebagai alat tukar tersebut roda perekonomian Australia berputar dalam siklus usaha yang naik dan turun, tergantung iklim ekonomi dalam negeri serta global. Perdagangan dengan negara-negara lain di kawasan maupun di ujung dunia pun berjalan.
Jika dilihat di berbagai mall dan market bisa dikata produk-produk murah China telah merasuk begitu dalam pada struktur perekonomian Australia. Barang mulai dari mug, t-shirt, sepatu, tas, ATK, handphone, souvenir, makanan bahkan mungkin bendera Australia adalah made in China, yang dipasarkan melalui toko-toko seperti Top Bargain, Hot Dollar atau Price Attack. Banyak pula produk mainan anak-anak didesain di Australia, namun dibuat di daratan China. Di Padys Market di Sydney atau Victoria Market di Melbourne, produk pakaian dan souvenir khas Australia dengan label made in China yang gampang dirobek sangat mudah ditemukan.
Tak pelak, upaya Australia membendung perkembangan ini dengan melabeli produk-produknya “Australian made” berlambang kanguru menghadapi tantangan yang sangat berat. Juga, pada boxing day saat toko melakukan obral besar-besaran beberapa waktu lalu, produk China yang memang murah saya lihat tidak termasuk yang dipotong harganya. Efek samping lainnya, kebanyakan barang yang dijual di garage sale atau Sunday market juga adalah produk-produk berkualitas rendah dari Negeri Tirai Bambu ini.