Menurut kabar online, suasana “perang panas” (bukan “perang dingin”) yang terkait dengan Pilakda DKI tampaknya masih berlanjut hingga detik ini. Entah kapan akan berakhir. Ejekan kontra ejekan tetap marak, terutama di media sosial. Mulai dari yang setengah kasar sampai ke yang sangat kasar. Ada yang sifatnya bercanda, tetapi banyak yang sengaja untuk melecehkan.
Dalam suasana seperti ini, mungkinkah dilakukan gencatan senjata? Kalau pun mungkin, siapa kira-kira yang layak mengumumkannya? Atau, katakanlah yang mensponsorinya.
Sangat sulit mencarikan figur yang bisa sukses merundingkan gencatan senjata itu. Sebab, banyak sekali orang, termasuk para tokoh dan pemimpin, yang ikut terjebak ke salah satu pihak. Bahkan, mungkin tanpa disadari (atau bisa jadi juga secara sadar), Presiden Joko Widodo (Pak Jokowi) sendiri melakukan manuver keliru ketika mengundang para aktivis medsos yang berada di salah satu pihak “perang panas” berkumpul di Istana.
Langkah Pak Jokowi ini membuat para aktivis medsos yang berada di pihak satunya lagi, yang tak diundang ke Istana, merasa kehilangan figur pemersatu. Manuver ini, untuk sementara, menyirnakan peluang untuk melahirkan gencatan senjata.
Barangkali saja Pak Anies dan Pak Sandi pantas juga melakukan diplomasi senyap yang bertujuan untuk meredakan secara bertahap “perang panas” antara kedua pihak. Siapa tahu, “perang panas” bisa dijinakkan menjadi “perang dingin”. Dalam arti, caci-maki, penistaan agama, meme-meme yang melecehkan tidak lagi menjadi amunisi yang ditembakkan kedua pihak.
Sehingga, The Day After untuk pelantikan Pak Anies dan Pak Sandi tidak sekadar menatap puing-puing pertempuran medsos, tetapi dimulai juga dengan upaya mulia untuk menurunkan temperatur, meredakan ketegangan.
*) Penulis adalah wartawan senior
(Arif R/Hrn)
Bisa aja..tpi klo dri kubu kotak” mncing keributan terus gmana mau adem
Sangat mungkin..