MENU

Apa yang Sebenarnya Dirimu Perjuangkan?

Dari Barat, saya begitu terpesona oleh prinsip hak asasi manusia. Saya menganggap itu kulminasi kolektif peradaban puncak manusia. Namun pejuang hak asasi bisa berakhir dengan keyakinan pribadi yang tak meyakini apa yang disebut oleh agama dengan Allah atau Tuhan.

Sedangkan saya sebaliknya. Di usia yang menua, keyakinan saya pada prinsip Hak Asasi Manusia justru menguat. Namun pada saat yang sama, ajaran Tauhid dan ucapan La Ilaha Illallah, semakin menenggelamkan saya.

Begitu kerasnya saya bisa berdebat memperjuangkan apa yang menjadi hak asasi seseorang. Namun di saat yang sama, ucapan dan zikir La Ilaha Ilalah acap kali membuat saya meneteskan air mata.

Balik ke pertanyaan awal. Apa yang dirimu tawarkan dan perjuangkan melalui aneka tulisanmu? Jawab singkatnya: prinsip hak asasi manusia dan kesadaran La Ilaha Illallah.

Ketika kita mengikrarkan tak ada tuhan selain Allah, itu adalah negasi radikal. Tak boleh ada yang kita sembah dalam hidup ini. Tidak uang, tidak partai, tidak pemimpin, bahkan tidak juga negara. Yang disembah hanyalah yang tak terbayangkan: Allah.

Tapi apa itu Allah? Semua definisi tak berlaku. Sekali ia bisa didefinisikan, ia bukan Allah lagi. Namun untuk kepentingan praktis, Allah itu bisa dimengerti melalui proksi. Allah adalah kesempurnaan dan kebenaran.

Berjuang untuk La Ilaha Illallah saya pahami sebagai berjuang untuk membebaskan pikiran, jiwa dan mindset manusia untuk tidak menyembah dunia, tapi mengubahnya menuju kesempurnaan. Saya melihat La Ilaha Illallah itu justru muara spiritual untuk melahirkan prinsip hak asasi.

Total ada 62 esai di buku ini. Ada yang lebih soal politik, agama, sastra, peradaban bahkan soal saham dan happiness. Memang tak semua berhubungan langsung dengan isu Hak Asasi Manusia.

Sengaja esai soal “Hak Asasi Manusia Sebagai Moral Besama” menjadi judul buku. Itu yang memang menjadi gagasan paling penting dari seluruh esai yang disajikan.

Victor Hugo suatu ketika berkata: Tak ada yang lebih kuat dibandingkan sebuah gagasan yang waktunya telah tiba. Saya meyakini waktu bagi gagasan Hak Asasi Manusia telah tiba. Juga untuk Indonesia.

*) Penulis adalah seorang konsultan politik dan tokoh media sosial, pendiri Pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI)

Ingin mengabarkan peristiwa atau menulis opini? Silahkan tulis di kanal WARGA SERUJI dengan klik link ini

TINGGALKAN KOMENTAR

Silahkan isi komentar anda
Silahkan masukan nama

ARTIKEL TERBARU

BERITA TERBARU

TERPOPULER