MENU

Menjelaskan Kenaikan Luar Biasa Pendukung ASYIK di JABAR dan SUDIRMAN-IDA di JATENG dalam Pilkada 2018

Sebuah pertanggung jawaban akademik atas wilayah Pilkada yang Terasa “Pilpres”

oleh: Denny JA

SERUJI.CO.ID – Di hari pemilu presiden tahun 2016, di Amerika Serikat, koran paling besar, berpengaruh dan kredibel New York Times, menampilkan berita prediksi hasil pemili yang mencolok mata. Tulis koran ini bahkan dalam grafis: Probability Hillary terpilih menjadi presiden hari ini 85 persen. Sementara kemungkinan Trump yang menjadi presiden hanya 15 persen.

Namun di hari itu juga, malam harinya, publik Amerika tercengang. Yang terpilih sebagai presiden ternyata Trump. Apa yang terjadi dengan prediksi survei? Tak hanya New York Times, tapi mayoritas lembaga survei paling kredibel yang punya jejak panjang dalam sejarah pemilu Amerika juga memprediksi Hillary Clinton yang menang.

Tapi penting pula untuk kita letakkan kasus ini dalam konteks makro. Apakah kekeliruan prediksi survei pemilu presiden itu selalu terjadi, atau hanya kasus khusus. Ini penting agar kitapun mengembangkan penilaian yang proporsional.

Sejak beroperasinya lembaga survei modern di Amerika Serikat, Gallup Poll, tahun 1936, sudah terjadi dua puluh kali pemilihan pemilu presiden. Kesalahan prediksi mayoritas lembaga survei yang kredibel hanya terjadi sekali itu. Hanya 5-10 persen kasus saja mungkin terjadi prediksi hasil survei yang salah.

Sebelumnya memang pernah pula terjadi kesalahan prediksi pemilu presiden Amerika Serikat yang dilakukan oleh Literary Digest Poll di tahun 1936. Namun itu kesalahan metodelogis sebelum ditemukan prinsip survei modern.

Walau hanya 5-10 persen kasus, tetap saja harus ada otopsi untuk menjelaskan anomali itu. Justru penjelasan yang detail dan ilmiah dapat memperkaya ilmu pengetahuan.

Kasus kenaikan dukungan melonjak tak terduga di Jateng dan Jabar harus pula ada pertanggung jawaban akademik. Walau secara proporsional tahun ini ada 171 pilkada serentak, termasuk 17 pilkada provinsi.

Yang bermasalah hanya 2 kasus itu saja dari 17 provinsi atau dari 171 pilkada serentak. Di atas 80 persen soal survei dan quick count dalam 171 pilkada serentak itu tidak dipermasalahkan dalam debat publik hari hari ini.

Bagaimana kita harus menjelaskan kasus Jateng dan Jatim?

Ingin mengabarkan peristiwa atau menulis opini? Silahkan tulis di kanal WARGA SERUJI dengan klik link ini

TINGGALKAN KOMENTAR

Silahkan isi komentar anda
Silahkan masukan nama

ARTIKEL TERBARU

BERITA TERBARU

TERPOPULER