MENU

Menilai Sejarah Secara Utuh: Saatnya Bangsa Membaca Kembali Warisan Soeharto dengan Kedewasaan Kolektif

Oleh : Prof. Dr. Murpin Josua Sembiring.M.Si *)

Membaca Konteks: Indonesia Pasca 1965

Pada 1965–1966, Indonesia berada di tepi jurang perpecahan dalam sejarah modernya. Krisis ekonomi Inflasi melampaui 600%, cadangan negara menipis, dan instabilitas polarisasi politik hampir memecah (disintegrasi nasional). Dalam situasi genting ini sosok Soeharto muncul sebagai figur sentral stabilisasi negara.

Soeharto membangun ulang struktur administrasi, mengembalikan kepercayaan dunia internasional, dan meletakkan dasar pembangunan jangka panjang. Dari sinilah lahir program swasembada beras, pembangunan irigasi dan waduk, puskesmas dan posyandu, elektrifikasi desa, serta sejumlah proyek infrastruktur dasar yang membuka akses pelayanan kesehatan dan pendidikan di seluruh pelosok negeri.

Di banyak keluarga Indonesia, dampaknya nyata dan langsung terasa. Sejumlah kajian ekonomi dan sejarah pembangunan memotret periode ini sebagai fase modernisasi institusi negara yang penting bagi masa depan Indonesia sebagai negara berkembang dengan kapasitas industrial.

Narasi ini bukan glorifikasi, melainkan fakta pembangunan yang disepakati banyak sejarawan dan ilmuwan kebijakan.

Sejumlah indeks ekonomi menunjukkan perubahan signifikan pada tiga dekade tersebut: pertumbuhan ekonomi rata-rata tinggi, fondasi industri strategis terbentuk, dan Indonesia mulai diakui dalam percaturan kawasan melalui pendirian ASEAN.

Poin-poin kontribusi ini tercatat sebagai “jasa strategis” dalam banyak kajian akademik dan juga tercerminat dalam narasi yang tersusun pada dokumen argumentatif yang menjadi bahan diskursus akademik mengenai Soeharto.

Ingin mengabarkan peristiwa atau menulis opini? Silahkan tulis di kanal WARGA SERUJI dengan klik link ini

TINGGALKAN KOMENTAR

Silahkan isi komentar anda
Silahkan masukan nama

ARTIKEL TERBARU

BERITA TERBARU

TERPOPULER