Saya bisa memahami jika Prof Rhenald bikin banyak orang jadi ketakutan. Bahkan di acara bedah buku beliau di Periplus yg saya tonton lewat Youtube, sang moderator sendiri sampai bertanya, “Prof, Ini kita kesini mau cari ide bisnis di era disruption, tapi kok malah pada pesimis nih menatap masa depan, setelah mendengar pemaparan profesor”.
Dan Prof. Rhenald masih juga belum memberikan jawaban yang tegas bagaimana menyikapi perubahan drastis ini.
Saya juga memahami mengapa Prof Rhenald di buku-bukunya, tulisan dan ceramahnya banyak menghasilkan kepanikan dan ketakutan. Mungkin ini berawal dari paradigma “Change Management” yang menjadi bidang keahlian beliau.
Dalam ilmu manajemen perubahan, salah satu tokoh utamanya adalah Professor Emeritus Harvard Business School, John P. Kotter, dengan teori beliau tentang “8 Steps to change”. Dalam teori ini, langkah pertama untuk membuat sebuah organisasi (dan individu) mau berubah adalah dengan “increase urgency” alias bikin orang-orang merasakan urgensitas perubahan. Dan cara paling ampuh untuk itu adalah dengan bikin mereka “ketakutan” apa dampaknya jika tidak mau berubah.
Mungkin dengan niat baik inilah Prof Rhenald hendak menyadarkan masyarakat agar segera “berubah”.
Saya sepakat dengan niat baik untuk menggugah kesadaran masyarakat agar berubah, tapi saya tidak sepakat dengat pendekatan yang entah disadari atau tidak oleh beliau telah menebarkan banyak ketakutan dan kegalauan. Mengapa saya tidak sepakat?
Berikut ini alasannya:
Analisa Renald kasali sudah disusupi unsur politik hingga analisanya sekarang miring miring
Analisis jitu, jangan banyak baca berita.