YOGYAKARTA– Udang merupakan komoditas ekspor andalan bagi Indonesia kenegara Amerika, Jepang dan negara-negara Eropa. Komoditas udang yang diekspor yakni udang beku, udang segar dan udang olahan.
Indonesia merupakan salah satu produsen udang terbesar didunia yang telah mencapai nilai ekspor 1,13 milliar Dollar AS bersaing dengan china, india, vietnam,Thailand, brazil serta ekuador.
Salah satu budidaya udang ekspor paling favorit saat ini adalah udang Vaname. Jenis udang Vaname memiliki ke unggulan di bandingkan dengan udang jenis lain yaitu
pertumbuhan lebih cepat, masa pemeliharaan lebih singkat sekitar 3 bulan, tergolong tinggi daya tahan hidup selama pemeliharaan, pemberian pakan yang relatif lebih mudah.
Budidaya udang Vaname saat ini banyak di usahakan para Petani tambak udang di berbagai daerah di Indonesia, termasuk didaerah Bantul dan Kulon Progo Yogyakarta. Hasil keuntungan yang didapatkan dari budidaya Vaname sangat menjajikan Karena harga yang relatif setabil dibandingkan komoditas pertanian yang lain. Untuk satu kali panen saja laba yang diperoleh bisa mencapai lebih dari 100%.
Saat ini Pengelolaan udang Vaname oleh para Petani tambak di daerah Yogyakarta rata-rata masih semi tradisional. Dalam pemeliharaannya belum menggunakan tata cara yang baku, masih berdasarkan pengalaman individu masing-masing saja. Penggunaan alat untuk mendeteksi kualitas air seperti alat pengukur kadar Garam, pH, Oksigen dan kadar Amoniak rata-rata petani tambak udang vaname di Yogyakarta ini belum menggunakannya, padahal kualitas air adalah faktor paling penting dalam pemeliharaan udang Vaname ini. Meskipun demikian dengan hanya mengandalkan pengalaman saja para Petani ini sudah bisa mencapai laba 100% dari modal, walaupun tidak setiap periode panen.
Biaya pemeliharaan dan operasional dalam 1 periode panen ( 3 bulan) untuk budidaya Vaname dengan luasan 2000 meter persegi dan tabur Benur 200 ribu (bibit udang) berkisar 60-70 juta. Sementara untuk sewa lahan tambak didaerah Bantul dan kulon Progo berkisar 7-10juta pertahun.
Estimasi hasil panen untuk 200 ribu bibit udang berkisar antara 2,5-3,5 ton untuk size udang 55-70 dengan harga perkilogramnya untuk saat ini berkisar 65-70 ribu. Misalkan hasil panen panen 2.5 ton saja dengan harga 65 ribu perkilogram maka hasil yang akan didapat 162,5 juta dengan modal awal sekitar 80 juta dan diperiode panen ke-2, ke-3 modal akan berkurang tentunya, karena tidak termasuk sewa lahan.
Simulasi diatas adalah hasil pengamatan rata-rata Panen udang Vaname di Kulon Progo dalam kondisi normal dan dengan metode semi tradisional.
Dalam perkembangannya budidaya Vaname ini sudah di kembangkan metode supra intensif seperti yang dilakukan di Sulawesi Tengah oleh Dr. Hasannudin Atjo. Sistem supra intensif memungkinkan penebaran bibit yang lebih padat yaitu 1000 ekor permeter persegi dan lebih ramah lingkungan. Hasil terbaik pernah mencapai 15,3 ton/1000m2 sangat luar biasa.
Seandainya jamaah saat ini yang baru bersemangat patungan usaha mini market juga melirik untuk berjamaah usaha tambak udang dapat dibayangkan hasilnya akan sangat luar biasa. Misalkan dengan pencanangan patungan jamaah 100 tambak untuk tahun pertama dengan menggaet tenaga profesianal dan berpengalaman mengerti manajemen tambak udang dengan baik dapat di estimasikan berapa hasil yang akan di peroleh untuk 5-10 tahun kedepan. Hasilnya kemungkinan besar sudah cukup untuk membeli pabrik pemasok mini market atau buyback Indosat, membeli sebagian saham freeport mungkin juga dapat membeli atau mendirikan Perusahaan Media yang besar. (Dhani HT)
Mas DHT salam kenal
Ijin share artikel yg menarik
Moggo pak
Udang infonya hanya dikuasai oleh tidak lebih 25 eksportir …dan tidak lebih dari 2 yg warga lokal…miris ndak?
Nah itu pak..
Betul pak kalo bisa usahanya secara komprehensif dan dengan menggaet tenaga ahli profesional, amanah.
Ide brillian….tp hrs kombin dng produk olahannya…krn kl hanya bahan baku udang mudah di ‘colaps’ kan….monggo yg benar2 ahli dan amanah