Bermain tanah merupakan hal yang mengasyikkan bagi anak kecil. Dengan tanah anak-anak bisa mengekspresikan berbagai hal, misalnya mengasah kemampuan motorik untuk membuat berbagai bentuk benda, apalagi jika menggunakan tanah liat maka hasil karyanyapun bisa lebih bervairatif.

Sebagai orang tua, bukanlah hal yang bijak jika kita membatasi area bermain anak, apalagi bila  dengan pongahnya kita menggunakan kata-kata “tidak boleh” atau kata-kata larangan sejenis lainnya. Sebab tanpa disadari larangan-larangan itu akan berakibat pada tumpulnya kreatifitas anak.

Namun orang tua juga harus faham bahwa salah satu resiko bermain  tanah adalah anak bisa kecacingan. Yaitu sebuah kondisi dimana seseorang mempunyai cacing dalam ususnya. Kecacingan bisa menyebabkan turunnya daya tahan tubuh, terhambatnya tumbuh kembang anak, kurang gizi dan zat besi yang mengakibatkan anemia.

Tanah yang terkontaminasi telur cacing bisa masuk ke dalam tubuh anak melalui tangan yang dimasukkan ke mulut tanpa didahului dengan mencucinya. Kemudian telur tersebut menetas didalam usus kemudian berkembang biak disana . Cacing dewasa hidup di usus manusia dan mampu menghasilkan ribuan telur setiap hari.

Selain itu anak bisa kemasukan cacing langsung dari kulitnya, sebab telur cacing tambang menetas di dalam tanah, lalu melepaskan larva yang dapat aktif menembus kulit telapak kaki. Anak  akan mudah terinfeksi cacing tambang, terutama saat berjalan tanpa alas kaki di tanah yang terkontaminasi.

Langkah sederhana bisa dilakukan supaya anak bisa tetap bermain di tanah dengan aman tanpa khawatir kecacingan , yaitu dengan selalu memakai alas kaki tiap kali bermain tanah dan cuci tangan sesudah bermain, lebih bagus lagi bila mandi sekalian.

Pada daerah endemik kecacingan yang salah satunya adalah Indonesia, WHO menganjurkan dilakukannya pengobatan secara periodik dengan obat cacing, tanpa harus didiagnosis sebelumnya, untuk semua orang berisiko. Pengobatan harus diberikan sekali setahun, sesuai prevalensi infeksi cacing tanah di masyarakat yang lebih dari 20%, dan dua kali setahun pada prevalensi yang lebih dari 50%.

Kemenkes mencanangkan program pembagian obat cacing gratis setahun sekali untuk anak sekolah PAUD, TK dan SD. Obat cacingnya berbentuk tablet, rasanya dibuat manis dan enak seperti permen sehingga anak-anak suka. Setiap anak diberikan satu tablet untuk sekali minum. Pelaksana program tersebut adalah Puskesmas bekerja sama dengan UPT  Pendidikan tingkat Kecamatan.

2 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silahkan isi komentar anda
Silahkan masukan nama