Sementara itu, Awaluddin menuturkan pada tahap selanjutnya Skytrain akan menghubungkan Terminal 3, Terminal 2, stasiun kereta bandara, dan Terminal 1 dengan total lintasan dual track mencapai 3.050 meter atau sekitar tiga kilometer.
“Saat beroperasi penuh, headway Skytrain ditetapkan setiap lima menit dengan total waktu tempuh tujuh menit,” katanya.
Total nilai investasi proyek Skytrain ini mencapai sekitar Rp 950 miliar, di mana sebesar Rp 530 miliar digunakan untuk pengadaan rangkaian kereta dan Rp 420 miliar untuk pembangunan lintasan.
Pengadaan trainset disiapkan oleh PT LEN Industri (Persero) dan Woojin asal Korsel, sementara itu pembangunan lintasan beserta shelter oleh PT Wijaya Karya Tbk dan PT Indulexco.
“Skytrain ini merupakan hasil dari sinergi yang baik antara 3 BUMN yakni Angkasa Pura II, LEN Industri, dan Wika. Kami berharap sinergi ini dapat menjadi contoh bagi BUMN lainnya untuk memberikan yang terbaik bagi negeri,” kata Awaluddin.
Direktur Operasi PT Angkasa Pura II (Persero) Djoko Murdjatmojo menjelaskan Skytrain Bandara Internasional Soekarno-Hatta ditempatkan di sisi darat (andside) seperti contohnya bandara di San Fransisco dan tidak di sisi udara (airside) seperti di Bandara Changi, Singapura.
Hal ini karena Bandara Internasional Soekarno-Hatta memiliki sistem multi terminal di mana masing-masing terminal beroperasi secara individu sehingga penumpang transit antar terminal berpindah melalui sisi darat.
“Dari analisis menunjukkan bahwa pergerakan penumpang dan pengguna jasa seluruhnya melalui landside sehingga penempatan Skytrain sudah sesuai kebutuhan di lapangan,” katanya.