Sekarang, lebih dari 50 tahun kemudian, tingkat fertilitas Jepang turun di angka 1,41 anak/wanita. Jumlah populasi mulai jatuh. Jepang telah tenggelam pada batas kritis yang disebut sebagai ‘replacement fertility (fertilitas pengganti)’, yaitu jumlah minimal utuk menghindari berkurangnya populasi.
Kondisi di Jepang ini ditanggapi serius oleh sosiolog Mary Brinton yang mengatakan,”situasi ini akan menjadi lebih buruk hingga pemerintah Jepang menanganinya. Ini seperti sebuah ‘kematian bagi keluarga’.”
Negara-negara maju dan berkembang akan mengamati dengan seksama langkah langkah apa yang akan dilakukan oleh Perdana Menteri Shinzo Abe dan kabinetnya dalam menghadapi krisis ini. Sebagai salah satu negara dengan laju pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, tidak ada salahnya Indonesia juga turut belajar dari krisis yang terjadi di Jepang ini. (Gzl/Hrn)
apalagi kalau LGBT berkembang, makin terancam deh keberlangsungan populasi manusia
Kejayaan setiap negeri ada masanya. Dibalik kemajuan dan pencapaiannya, sebuah krisis besar mengintai.