LONDON, SERUJI.CO.ID –Â Lebih dari 350 juta anak-anak tinggal di daerah perang dan terancam kematian akibat kekerasan, kata badan internasional nirlaba Save The Children pada Kamis (15/2).
Lembaga tersebut mengatakan bahwa Suriah, Afghanistan dan Somalia menjadi negara terburuk bagi anak-anak.
Dalam laporannya, Save The Children mengatakan bahwa sedikit-dikitnya 357 anak-anak, atau sekitar satu di antara enam di seluruh dunia, tinggal di daerah perang. Angka itu naik 75 persen sejak awal 1990-an.
Ketinggian tingkat urbanisasi, sengketa berkepanjangan dan kenaikan jumlah sekolah serta rumah sakit menjadi sasaran serangan, memberi iuran besar pada peningkatan ancaman bagi kehidupan anak-anak, kata mereka.
Ancaman lain adalah penculikan dan kekerasan seksual.
“Kami menyaksikan angka kenaikan mengejutkan dalam jumlah anak yang tumbuh di area yang terdampak konflik. Mereka mengalami kekerasan yang sangat besar,” kata Helle Thorning-Schmidt, direktur pelaksana Save The Children, dalam pernyataan tertulis.
“Anak-anak mengalami penderitaan yang seharusnya tidak boleh mereka alami. Rumah, sekolah, dan tempat mereka bermain telah menjadi medan peperangan,” kata Thorning-Schmidt.
Sementara itu, perhitungan PBB menunjukkan lebih dari 73.000 anak telah tewas atau menderita cacat permanen akibat 25 konflik sejak tahun 2005, kata laporan itu.
Sejak 2019, angka kasus kematian yang telah terverifikasi ileh PBB naik hampir 300 persen.
Sejumlah badan bantuan internasional mengatakan bahwa angka sebenarnya bisa jadi jauh lebih tinggi mengingat sulitnya verifikasi di daerah perang.