“Kami sekarang di perbatasan siap menerima, jika pihak Bangladesh membawa mereka ke pihak kami,” kata Kyaw Tin, menteri kerja sama antar bangsa Myanmar, kepada wartawan pada Januari.
Banyak di Myanmar, yang sebagian besar penduduknya beragama Buddha, menganggap Muslim Rohingya pendatang gelap dari Bangladesh. Perserikatan bangsa-Bangsa menggambarkan serangan balasan Myanmar sebagai pembersihan suku, yang ditolak Myanmar.
“Saya sangat prihatin pada keadaannya,” kata Mueller ketika ditanya apakah ia mempercayai jaminan pemerintah bahwa Muslim Rohingya akan diizinkan kembali ke rumah mereka setelah tinggal sementara di kampung itu.
“Sebagian masalahnya adalah, Myanmar sudah meratakan sedikit-dikitnya 55 desa, yang dikosongkan selama kekerasan itu,” lanjut pengamat hak asasi Human Rights Watch, yang bermarkas di New York,
“Saya menyaksikan daerah tempat desa dibakar dan digusur. Saya tidak melihat atau mendengar ada persiapan bagi orang untuk pergi ke tempat asal mereka,” ujar Mueller.
Pejabat Myanmar menyatakan desa itu digusur membuat permukiman kembali pengungsi.
Mueller mengatakan mengangkat pula masalah jalur terbatas bagi bantuan kemanusiaan kepada warga rentan di negara itu ia akan mendorong pejabat Myanmar memberikan jalan untuk lembaga bantuan. (Ant/SU03)