KUALALUMPUR, SERUJI.CO.ID – Ketua Pakatan Harapan (PH) Tun Dr Mahathir Mohamad menuduh Komisi Pemilihan Umum (SPR) Malaysia, menunda pengumuman hasil resmi Pemilu Raya. Sementara menurutnya koalisi yang ia pimpin merebut 112 kursi, yang diperlukan untuk membentuk pemerintah federal.
“Sudah terlambat sekarang. Kita harus tahu, siapa menang dan kalah. Ada upaya menunda hasil dengan tidak menandatangani formulir resmi,” katanya kepada wartawan di hotel di Petaling Jaya, Rabu (9/5) malam, tempat ia bertemu dengan pemimpin utama koalisi empat partai itu.
Ia mengatakan bahwa KPU tidak melakukan tugas dengan menahan hasil itu, sementara mereka memiliki kewajiban menandatangani pernyataan resmi.
Mahathir mengatakan yakin mengambil alih Putrajaya serta setidak-tidaknya enam negara bagian, termasuk empat dari Barisan Nasional (BN).
“Kami praktis mencapai angka dan angka untuk BN sangat kurang. Tidak mungkin mereka bisa menyusul,” katanya.
Secara tidak resmi, pihaknya menang di Penang, Selangor, Malaka, Negeri Sembilan, Johor dan Kedah serta hampir seluruh semenanjung.
Namun Mahathir mengatakan, bahwa tanpa pengumuman resmi pemenang oleh KPU, sulit bagi PH mendapatkan pertemuan dengan Yang Dipertuan Agung (Raja) untuk membentuk pemerintah.
“Saya ingin menemui raja. Dia menunjuk perdana menteri. Tetapi, jika mereka tidak mengumumkan hasilnya, saya tidak memiliki mayoritas untuk menemui raja,” katanya.
Hasil awal pemilihan anggota parlemen memberikan BN dan PH sekitar 50 kursi masing-masing dalam perlombaan merebut 112 kursi untuk menjadi mayoritas di parlemen dengan 222 anggota tersebut.
Pemimpin PH negara bagian di Kedah, Perak, Negeri Sembilan dan Johor mengatakan percaya telah menang di negara bagian mereka berdasarkan atas hasil awal.
Di Penang, DAP merebut semua 19 kursi negara bagian dan tujuh kursi parlemen dan diperkirakan membentuk pemerintah negara bagian untuk masa jabatan ketiga dengan mitra PH-nya.
Laporan muncul tentang korban besar di pihak BN, termasuk Presiden MCA Liow Tiong Lai, Presiden MIC Dr S Subramaniam, Presiden Gerakan Mah Siew Keong dan Wakil Menteri Dalam Negeri Nur Jazlan Mohamed.
Mahathir mengatakan diberitahu bahwa hasil tertunda di Sabah, tempat Partai Warisan Sabah pimpinan Shafie Apdal mendapat keuntungan besar dalam negara bagian yang dilihat sebagai “kantung abadi” BN.
“Hasil tidak ditandatangani, beberapa kali terjadi pemadaman listrik. Saya yakin Shafie Apdal … dia menang, tetapi mereka menolak menandatangani formulir itu,” katanya merujuk pada KPU.
Ketika ditanya apakah ia takut bahwa Najib Razak menggunakan keadaan darurat untuk menggagalkan pengambilalihan oleh PH, Mahathir mengatakan bahwa hal itu akan sulit dilakukan karena “orang Malaysia bukan orang kasar”. (Ant/Hrn)