SCROLL KE ATAS UNTUK BACA BERITA

MENU

Negosiasi Dagang AS-China Dongkrak Kenaikan Harga Minyak Dunia

NEW YORK, SERUJI.CO.ID – Harga minyak dunia naik lebih dari dua persen pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB). Penguatan didukung oleh ekspektasi percepatan kenaikan permintaan minyak mentah jika pembicaraan antara AS dan China dapat mengakhiri sengketa dagang.

Dilansir Reuters, harga minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari, meningkat 1,26 dolar AS atau 2,6 persen, menjadi menetap pada 49,78 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. Selama sesi, kontrak sempat menyentuh 49,95 dolar AS, tertinggi sejak 17 Desember.

Sementara itu, patokan internasional, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Maret, naik 1,39 dolar AS atau 2,4 persen, menjadi ditutup pada 58,72 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.

“Situasi perdagangan pastinya bullish, Anda memiliki konstruksi permintaan yang baik jika kami dapat menyelesaikan kesepakatan perdagangan ini,” kata Direktur Berjangka di Mizuho di New York, Bob Yawger.

Anggota delegasi AS Steven Winberg menyatakan sejauh ini pembicaraan perdagangan antara AS dan China berjalan baik dan akan dilanjutkan Rabu (9/1).

Ini adalah pertemuan tatap muka pertama antara pejabat-pejabat dari kedua negara, sejak Presiden AS Donald Trump dan Presiden Cina Xi Jinping pada Desember sepakat untuk gencatan senjata 90 hari dalam perang dagang yang telah menggemparkan pasar keuangan global.

Pada Senin (7/1), Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross dan Kementerian Luar Negeri China menyatakan optimisme untuk menyelesaikan perselisihan. Akan tetapi, beberapa analis memperingatkan bahwa ketegangan dapat terjadi lagi.

Para pedagang minyak juga khawatir bahwa kemungkinan perlambatan ekonomi dunia bisa mengurangi konsumsi bahan bakar. Hedge fund industri telah memangkas secara signifikan posisi bullish dalam minyak mentah berjangka.

S&P Global Ratings mengatakan telah menurunkan perkiraan rata-rata harga minyak untuk 2019 sebesar 10 dolar AS per barel menjadi 55 dolar AS per barel untuk Brent dan 50 dolar AS per barel untuk WTI.

“Asumsi harga minyak kami yang lebih rendah mencerminkan permintaan yang melambat dan meningkatnya pasokan secara global,” kata Analis S&P Global Ratings, Danny Huang.

Harga minyak mentah telah didukung oleh pemotongan pasokan dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) termasuk eksportir utama Arab Saudi, dan sekutunya termasuk Rusia.

Arab Petroleum Investments Corp yang berbasis di Saudi, yang mendanai proyek-proyek perminyakan, memperkirakan bahwa harga minyak kemungkinan akan diperdagangkan pada 60 dolar AS hingga 70 dolar AS per barel pada pertengahan 2019.

Namun, pasokan minyak AS sedang melonjak. Peningkatan tajam dalam pengeboran serpih darat (onshore shale) telah membantu menjadikan AS sebagai produsen utama dunia, dengan produksi minyak mentah naik dua juta barel per hari (bph) tahun lalu ke rekor dunia 11,7 juta barel per hari.

Pasar sedang mengamati dengan seksama pasokan AS, yang para analis perkirakan akan turun 3,3 juta barel dalam minggu terakhir.

Menurut mitra Again Capital Management John Kidulff jika data pemerintah AS mengonfirmasi proyeksi tersebut pasar akan mendapatkan sinyak kenaikan harga yang kuat. Sebagai catatan, pemerintah AS baru akan merilis data pasokan minyak mentah pada Rabu (9/1), waktu setempat. (Ant/SU05)

Ingin mengabarkan peristiwa atau menulis opini? Silahkan tulis di kanal WARGA SERUJI dengan klik link ini

TINGGALKAN KOMENTAR

Silahkan isi komentar anda
Silahkan masukan nama

ARTIKEL TERBARU

BERITA TERBARU

spot_img

TERPOPULER