Net ekspor mencatatkan kontraksi 0,03 persen (yoy), terutama bersumber dari penurunan ekspor antardaerah.
Konsumsi pemerintah kontraksi 6,66 persen (yoy) karena capaian realisasi belanja pegawai yang tidak setinggi periode tahun sebelumnya.
Sementara itu, konsumsi rumah tangga melambat. Namun, masih mencatatkan pertumbuhan positif 6,48 persen (yoy) ditopang peningkatan kebutuhan konsumsi pada masa Lebaran.
Dari sisi lapangan usaha, perlambatan ekonomi bersumber dari kinerja sektor industri pengolahan, konstruksi, dan pertambangan.
“Kinerja sektor industri kontraksi 0,44 persen (yoy) diperkirakan karena penurunan hasil industri elektronik, produk besi baja, dan kapal konstruksi terapung, tercermin dari penurunan ekspor komoditas-komoditas itu,” kata Gusti.
Sejalan dengan realisasi investasi bangunan yang masih rendah, sektor kontruksi juga terkontraksi 0,06 persen (yoy). Demikian pula, kinerja sektor pertambangan dan penggalian mencatatkan kontraksi 4,32 persen (yoy) akibat menurunnya hasil “lifting” minyak kepri, juga dipengaruhi harga minyak dunia yang masih pada level rendah.
Sejalan dengan konsumsi rumah tangga, sektor perdagangan melambat. Namun, masih tumbuh positif sebesar 6,96 persen (yoy) ditopang terjaganya konsumsi masyarakat pada triwulan laporan.
Pertumbuhan melemah … kurang gizi pinjaman
Gak cuma di Riau deh…
Katanya pertumbuhan ekonomi naik…lha kok…????
Lha… kok… katanya si nganu kmren pertumbuhan ekonomi meroket ya??
Mau brp bnyk lagi paket kebijakan ekonomi yg akan dikeluarkan si nganu supaya bs tumbuh??
Bijimana ini riau hihi