JAKARTA, SERUJI.CO.ID – Bank Indonesia (BI) menyebutkan pelemahan nilai tukar rupiah yang pada Senin (7/5) ini telah menembus batas psikologis Rp14.000 per dolar AS masih dalam rentang “wajar”, dan lebih baik dibandingkan negara-negara dengan kapasitas ekonomi setara (peers).
Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo dihubungi Antara di Jakarta, Senin malam, mengatakan rupiah Senin ini melemah 0,40 persen. Tingkat pelemahan itu, kata Dody, lebih baik dibandingkan pelemahan yang dialami Rupee India, Zaar Afrika Selatan, Rubel Rusia dan Lira Tukri.
“Secara perlahan harus dijelaskan bahwa rupiah masih wajar, dan sama dengan perkembangan mata uang regional, dan tidak pada level nominal yang kebetulan sudah menembus batas psikologis Rp14.000,” katanya.
Dody menjelaskan penyebab melemahnya rupiah pada Senin ini lebih karena kembali menguatnya tekanan mata uang “greenback” atau dolar AS ke seluruh mata uang di negara-negara kawasan.
“Tekanan dari eksternal AS masih dominan mempengaruhi pelemahan di banyak mata uang negara maju dan berkembang,” ujarnya.
Sejak perdagangan Senin pagi, rupiah depresiatif. Sentimen menguatnya ekonomi AS timbul, menyusul membaiknya data ekonomi AS, seperti tingkat pengangguran yang turun ke 3,9 persen dan juga “Non-Farm Payrolls” (NFP) Amerika Serikat selama April naik 164 ribu.
Disinggung apakah depresiasi rupiah juga disebabkan rilis pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I 2018 yang di bawah perkiraan berbagai konsensus termasuk perkiraan BI, Dody tidak menjawab.
Di pasar spot, kurs dolar AS terhadap rupiah sore ini menembus level psikologis Rp14.000. Dolar AS merangkak naik dari level sebelumnya yang diperdagangkan Rp13.995.
Mata uang Garuda kemudian berangsur menguat. Rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin sore, bergerak di Rp13.973.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) menunjukkan nilai tukar rupiah sebesar Rp13.956 per dolar AS melemah dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.943 per dolar AS. (Ant/Hrn)