MENU

Sholat Subuh di Masjid Al Falah Surabaya Rasa Sholat Ied

Surabaya, Seruji.com – Subuh hari ini di Masjid Al Falah, Jl. Raya Darmo, Surabaya, penuh sesak. Jamaah shalat Subuh meluber ke jalan-jalan, bahkan sampai jalan Darmokali. “Shalat Subuh rasa shalat ied”, demikian komentar salah seorang jamaah.

Banyak di antara jamaah yang datang malam sebelumnya, 27 Januari 2017. Apalagi ada kalqulus (kajian Quran ala ustadz) yang diselenggarakan oleh komunitas ODOJ, kemudian dengan mabit (malam bina iman dan taqwa). Tak heran mulai malam Masjid Al Falah sudah penuh dengan jamaah.

Setelah shalat Subuh, acara yang digagas oleh YDSF (Yayasan Dana Sosial Al-Falah) dan GUIB (Gerakan Umat Islam Bersatu) ini berlanjut. Jamaah Subuh asyik mendengarkan tausiyah dari para Ustadz. Tema kajian Subuh ini adalah “Kebangkitan Islam Dimulai Dari Masjid”.

Ustadz Misbahul Huda memaparkan bahwa sesungguhnya yang paling bertanggung jawab dalam keterpurukan bangsa ini adalah pemimpinnya. Presidenlah yang harus tanggung jawab, demikian ujar ustadz yang sudah jadi aktivis sejak kuliah di Universitas Gajah Mada. Tapi kesalahan itu sesungguhnya adalah kesalahan kita dalam memilih presiden kemarin. Rakyat Indonesia lebih senang memilih presiden berdasarkan citra media. Seharusnya pemimpin yang kita pilih berdasarkan kriteria siddiq (benar), amanah (dapat dipercaya), fathanah (pandai atau cerdas) dan tabligh (menyampaikan). Kesalahan memilih pemimpin itu jangan sampai terulang.

Lanjut ustadz Misbahul Huda, “Kita harus mempersiapkan calon pemimpin Surabaya, Jawa Timur, bahkan Indonesia sejak sekarang. Masjid seharusnya menyeleksi pemimpin untuk dipersiapkan memimpin wilayahnya. Mulai dari RT hingga negara.”

Sementara itu, Ust. Muhammad Al Khattat (Sekjen GNPF MUI) mengatakan bahwa kebangkitan umat Islam terjadi ketika jamaah shalat Subuh menyamai shalat Jumat. “Alhamdulillah, Gerakan Subuh Berjamaah di berbagai kota memperlihatkan itu. Bahkan jamaah Subuh lebih banyak dari Jumatan,” kata beliau.

Ustadz asal Pasuruan yang lama tinggal di Jakarta ini menambahkan kriteria pemimpin yang harus dipilih. Pemimpin itu harus rajin ke masjid dan tadarrus Al Quran. Jangan pilih pemimpin yang ahli maksiat.

Di akhir tausiyah, Ustadz al Khattat mengingatkan bahwa ini adalah Gerakan. Namanya gerakan ya harus bergerak. Tidak diam. Setelah pulang ke rumah masing-masing jamaah harus terus bergerak. Jangan diam dan tak melakukan apa apa. Bergerak untuk berdakwah di lingkungan masing-masing. Bergerak untuk menegakkan Islam.

Setelah tausiyah, jamaah istirahat sambil menunggu acara Tabligh Akbar yang akan dihadiri Ust. Bachtiar Nasir. Sementara itu jamaah terus berdatangan. Lingkungan Al Falah pun semakin penuh.

[Liputan Harijaya, kontributor Seruji.com di Surabaya]

Ingin mengabarkan peristiwa atau menulis opini? Silahkan tulis di kanal WARGA SERUJI dengan klik link ini

3 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silahkan isi komentar anda
Silahkan masukan nama

ARTIKEL TERBARU

BERITA TERBARU

TERPOPULER