JOMBANG – Apabila niat menjadi pemimpin berorientasi politik untuk kepentingan individu atau dinasti, maka akan merusak. Apalagi meminta kekuasaan. Seharusnya orientasinya adalah iman dan ilmu. Itulah kajian sejarah tentang kepemimpinan dalam Majelis Maiyah Padhangmbulan, di Jombang, Minggu (12/2), yang disampaikan Cak Fuad, Cak Nun, dan Kiai Muzzamil.
Lebih jauh, Cak Fuad menjelaskan, menurut sejarawan, bisa dibedakan beberapa tipe orientasi tokoh berkaitan dengan kepemimpinan politik.
Yang pertama, yang tidak punya orientasi politik, tapi lebih kuat orientasi iman dan ilmu, juga tidak buta politik. Contohnya Ali bin Abi Thalib. Meskipun beliau tahu bahwa Rasul pernah mengisyaratkan bahwa dialah pemimpin masa depan dan beliau memiliki semua persyaratan untuk menjadi pemimpin, tapi Ali tetap mendukung kepemimpinan Abu Bakar, Umar, dan Usman. Setelah Usman diberontak dan dibunuh, Ali diangkat sebagai khalifah oleh kedua kubu, yaitu kubu pemberontak dan kubu pendukung Usman.
Kedua, punya orientasi politik tapi untuk kepentingan umat atau rakyat. Contohnya adalah tiga khalifah sebelum Ali. Mereka menjadi khalifah karena dipilih, bukan atas keinginan sendiri. Orientasi mereka kemaslahatan dan kepentingan umat. Dan yang ketiga, berorientasi politik untuk kepentingan individu atau dinasti. Contohnya kebanyakan khalifah sesudah Khulafaur Rasyidin.
“Orientasi ketiga inilah yang merusak, dan sangat dominan di masa sekarang. Meski dalam di dalam Al-Quran ada kasus Nabi Yusuf yang “meminta” jabatan sebagai “menteri ekuin”. Menjadi “menteri ekuin” itu bukan ambisi atau atas keinginan pribadi Yusuf, tapi atas perintah Allah untuk mengatasi krisis yang terjadi Mesir, ”tambahnya.
Nabi Yusuf tahu benar bahwa ekonomi Mesir benar-benar dalam keadaan yang sangat gawat, yang tidak bisa ditangani kecuali oleh orang yang benar-benar kuat dan terpercaya. Maka demi kepentingan negara dan rakyat dan atas isyarat dari Allah, Yusuf mengajukan dirinya.
“Jika dihubungkan dengan tiga orientasi di awal, Yusuf jelas bukan yang ketiga. Bisa yang pertama atau kedua. Mencalonkan diri sebagai presiden dan lain-lain karena prosedur demokrasi modern, bisa saja ditempuh dan mudah-mudahan tidak berdosa dengan syarat orientasinya adalah yang kedua (benar-benar untuk kepentingan ummat/rakyat),” tegas Cak Fuad. (Imam)
Foto : Hari/SERUJI
Seruji.com UPDATE