MENU

Disdik Jabar Beri Perhatian Maraknya Tawuran Pelajar Bekasi

BEKASI, SERUJI.CO.ID – Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat mulai menaruh perhatian pada maraknya kasus tawuran yang melibatkan pelajar di wilayah Kota Bekasi dengan mengintensifkan peran guru dalam proses pengawasan.

“Kami akan berkoordinasi Dinas Pendidikan Kota Bekasi untuk segera dilakukan penanganan dan tindak lanjut,” kata Kepala Disdik Provinsi Jawa Barat, Ahmad Hadadi, melalui sambungan telepon kepada wartawan di Bekasi, Selasa (26/12).

Hal itu dikatakannya menyikapi laporan kasus tawuran yang menewaskan dua pelajar di Kota Bekasi dalam kurun waktu sepekan terakhir.

Data kepolisian setempat mengungkapkan insiden tawuran pelajar di wilayah itu juga terjadi pada Maret 2017 di Kecamatan Rawalumbu dengan menewaskan seorang pelajar SMK.

Insiden serupa juga tercatat kembali terulang pada November 2017 dengan menewaskan seorang warga di Kampung Kaliabang Tengah, Bekasi Utara.

“Rata-rata kasus tawuran ini melibatkan anak-anak remaja berumur 15 hingga 20-an tahun. Ini kan terjadi di luar sekolah, tetap kami memberikan peringatan kepada kepala sekolah dan juga para guru untuk terus memantau anak-anak didiknya, baik di dalam kelas maupun di luar kelas, ujarnya.

Dia mengatakan, saat ini pihaknya sedang menggaungkan kampanye dengan tema sekolah ramah anak sebagai edukasi agar mereka tidak terlibat dalam berbagai macam bentuk kekerasan.

Ahmad menilai situasi ini merupakan hal yang serius dan harus ditindaklanjuti guna mengantisipasi terulangnya insiden serupa.

Dinas Pendidikan tak bisa bekerja sendiri dan perlu bekerja sama terutama dengan aparat terkait,” katanya.

Dikatakan Ahmad, insiden tawuran pelajar kerap terjadi di luar jam sekolah mulaipukul 02.00 sampai 03.00 WIB.

Banyaknya tawuran yang terjadi, kata dia, disebabkan karena minimnya peran orang tua maupun penyelenggara pendidikan dalam mengontrol anaknya.

“Anak-anak remaja itu kan suka membuat komunitas yang tidak formal, membuat pertemanan yang satu hobi dengan mereka, sehingga mereka membuat geng dan organisasi gelap,” katanya.

Untuk itu orang tua maupun penyelenggara pendidikan perlu mengintensifkan kembali kegiatan sekolah yang positif seperti ekstra kurikuler.

“Saya sudah tekankan kepada sekolah-sekolah untuk mengaktifkan berbagai ekstrakurikuler, seperti OSIS, Pramuka, PMR, kegiatan keagamaan, kegiatan lingkungan, usaha dagang sekolah, termasuk kegiatan berbasis seni budaya dan kesenian, olah raga, hobi, dan kegiatan sosial, dan kegiatan yang menumbuhkan jiwa enterprenur siswa,” katanya. (Ant/SU01)

Ingin mengabarkan peristiwa atau menulis opini? Silahkan tulis di kanal WARGA SERUJI dengan klik link ini

TINGGALKAN KOMENTAR

Silahkan isi komentar anda
Silahkan masukan nama

ARTIKEL TERBARU

BERITA TERBARU

TERPOPULER