SCROLL KE ATAS UNTUK BACA BERITA

MENU

Mayoritas Responden Anak Mengaku Alami Kekerasan

WAMENA, SERUJI.CO.ID – Sebanyak 99 persen dari sejumlah responden survei kekerasan terhadap anak yang dilakukan oleh Wahana Visi Indonesia (WVI) di wilayah Pegunungan Tengah, Provinsi Papua menyebutkan bahwa mereka pernah mengalami kekerasan.

Marthen Sattu Sambo, Staf WVI, di Pegunungan Tengah, Papua mengatakan survei dilakukan sejak tahun 2014 dalam sebuh program Papeda (Papua Damai) dengan sasaran peserta didik di sekolah tingkat dasar.

“Sebanyak 99 persen responden anak saat itu mengatakan pernah mengalami kekerasan. Paling banyak yang disurvei ialah anak SD di bawah usia 12 tahun. Mereka menjawab biasanya karena tidak mau membantu orang tua, langsung dipukul. Ada juga karena tidak mau ke sekolah, tidak mau kerja kebun dan lain-lain,” kata Marthen, di Wamena, ibu kota Kabupaten Jayawijaya, Kamis (25/1).

Koordinator Bidang Monitoring dan Evaluasi di WVI ini mengatakan survei dibagi menjadi tiga hal, yaitu kekerasan secara fisik, verbal, dan kekerasan secara psikis, dengan objek anak-anak di bawah usia 12 tahun.

Dari tiga hal itu, kekerasan secara fisik berada pada urutan pertama yaitu 61 persen, dan selanjutnya disusul dengan kekerasan secara psikis sebesar 28 persen, serta kekerasan verbal sebesar 25 persen.

Sedangkan hasil survei tahun 2017 hampir di 35 sekolah pada tingkatan SD hingga SMA di wilayah pegunungan Papua, 80 persen responden mengaku pernah mengalami kekerasan.

Bahkan kekerasan dilakukan oleh orang-orang yang dekat dengan korban.

“Dari data ini sudah jelas bahwa anak-anak kita itu perlu dilindungi dan sebenarnya hampir 60 persen yang melakukan kekerasan ternyata paling banyak orang-orang terdekat. Gerakan penghapusan kekerasan terhadap anak harus dimulai dari diri sendiri,” katanya lagi.

Ia mengatakan kasus Clarita, bocah yang mengalami penyiksaan hingga meninggal dunia setelah menjalani perawatan di Jayawijaya, menjadi bukti bahwa perlu dilakukan kampanye berkelanjutan tentang penghentian kekerasan terhadap anak di Pegunungan Tengah Papua.

Selain melakukan survei, WVI juga melakukan sosialisasi ke kampung-kampung tentang perlindungan terhadap anak agar terhindar dari kekerasan.

“Kami pun aktif melakukan sosialisasi, kemudian memberikan imbauan-imbauan ‘stop kekerasan anak’ khususnya di sekolah dan di rumah, dan setelah dilakukan beberapa tahun, terjadi penurunan kekerasan di sekolah,” katanya pula. (Ant/SU02)

Ingin mengabarkan peristiwa atau menulis opini? Silahkan tulis di kanal WARGA SERUJI dengan klik link ini

TINGGALKAN KOMENTAR

Silahkan isi komentar anda
Silahkan masukan nama

ARTIKEL TERBARU

BERITA TERBARU

spot_img

TERPOPULER