MENU

Indonesia Hadapi Tiga Masalah Irigasi

JAKARTA, SERUJI.CO.ID – Indonesia dinilai menghadapi tiga problem sumber daya air pertanian khususnya irigasi pada tahun ini mulai dari pemborosan air, jaringan irigasi yang belum termanfaatkan optimal, hingga kerusakan daerah aliran sungai (DAS).

Kepala Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian Dedi Nursyamsi di Jakarta, Rabu (16/5), menyatakan Indonesia menghadapi tiga masalah utama sumber daya air yang harus segera ditanggulangi.

“Persoalan pertama yaitu 80 persen air untuk kebutuhan pertanian cenderung boros. Berikutnya 60 persen jaringan irigasi yang ada belum dimanfaatkan optimal dan yang terakhir terjadinya kerusakan keseimbangan hidrologis di daerah aliran sungai,” katanya.

Ia memastikan kini sejumlah jaringan irigasi yang rusak telah diperbaiki tinggal pemanfaatannya yang dioptimalkan.

Dedi menegaskan pemerintah pusat bukan tak menyadari air berperan vital dalam produksi pertanian.

Menurut dia, bila dulu persoalan air hanya melibatkan Kementerian Pertanian serta Kementerian PUPR, kini pemerintah juga menggandeng Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.

“Lokasi pertanian berada di area remote, sehingga desa harus terlibat,” kata Kepala Balai Penelitian Hidrologi dan Agroklimat,Harmanto.

Menurut Harmanto, hingga 2030 kebutuhan air untuk sektor pertanian masih menempati urutan tertinggi bila dibanding kebutuhan domestik dan industri.

Namun demikian terdapat potensi air yang belum dimanfaatkan secara maksimal yakni air permukaan, air tanah, dan air hujan yang melimpah.

Air juga dapat memicu konflik bila tidak dikelola dengan baik terutama bila tidak terdapat keseimbangan antara pasokan dan kebutuhan.

Untuk itu sepanjang 2017-2019 pemerintah telah mencanangkan Teknologi Inovasi Pengembangan Infrastruktur Panen Air melalui pemanfaatan air dan sungai 2,5 juta Ha (170.483 paket), dam parit 612.067 Ha (8.781 titik), long storage seluas 91.039 Ha (5.832 titik), embung 759.16 ha (75.328 titik), dan sumur dangkal 24.338 ha (1.018 titik).

Dari program tersebut sekurangnya melibatkan 8 juta tenaga kerja, 20.000 lapangan usaha, dan diharapkan dapat mengentaskan kemiskinan di 250.000 desa.

Menurut Dedi, niatan pemerintah pusat itu kini diiringi dengan pelaksanaan bimbingan teknis embung dan bangunan air lainnya untuk irigasi pertanian kepada setiap stakeholder.

“Prinsipnya Balitbang membantu inovasi teknologi yang dibutuhkan untuk setiap daerah yang khas dan spesifik,” kata Dedi.

Dedi menambahkan, Kementan juga mendorong agar peneliti dan penyuluh menjadi ujung tombak dalam pembangunan pertanian khususnya dalam pemanfaatan air.

Kementan akan membantu Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi agar setiap desa memiliki water storage berupa embung dan inovasi teknologi panen air. (Ant/SU02)

Ingin mengabarkan peristiwa atau menulis opini? Silahkan tulis di kanal WARGA SERUJI dengan klik link ini

TINGGALKAN KOMENTAR

Silahkan isi komentar anda
Silahkan masukan nama

ARTIKEL TERBARU

BERITA TERBARU

TERPOPULER